Saturday, September 12, 2015

Kereta Api Bangunkarta.



Selayang pandang Perkeretaapian Indonesia

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

Berikut penulis akan sedikit berbagi tentang rangkaian kereta api Bangunkarta.


Bangunkarta adalah nama kereta api yang dioperasikan oleh PT Kereta Api di Jawa dengan jurusan Jakarta - Jombang lewat jalur utara. Kereta api Bangunkarta dioperasikan pertama kali pada bulan Januari 1985 melayani pemerjalan ekonomi dari Jombang ke Jakarta. Pada tanggal 24 Desember 1994 layanan KA Bangunkarta ditingkatkan dengan menambah rangkaian kereta kelas bisnis, dan sejak tanggal 1 Agustus 1996 semua rangkaian berubah layanannya menjadi kelas bisnis.
 
Penambahan layanan kelas eksekutif dilakukan sejak tanggal 1 Februari 1999 dan pada tanggal 1 Juli 2001 sampai dengan sekarang KA Bangunkarta melayani perjalan eksekutif dan bisnis dengan membawa rangkaian 2 kereta kelas eksekutif dan 8 kereta kelas bisnis.


Pada mulanya Kereta api ini melewati jalur selatan (Yogyakarta dan Purwokerto), kemudian diubah sehingga melewati jalur utara (Semarang). Perjalanan sejauh 738 km ditempuh dalam waktu kurang lebih 13 jam dan hanya berhenti di Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang Tawang, Madiun, Nganjuk dan Kertosono.

Nama Bangunkarta diambil dari singkatan nama kota asal dan tujuan kereta api yaitu jomBANG melalui madiUN dan jaKARTA (BANGUNKARTA). Ditawarkan layanan kelas eksekutif dan bisnis dengan kapasitas mencapai 616 tempat duduk. Sejak 5 Desember 2009, Bangunkarta diubah seluruhnya menjadi kelas eksekutif dengan menggunakan gerbong bekas Gajayana retrofit. Sedangkan rangkaian kelas bisnisnya kini dipakai untuk Senja Kediri koridor Kediri - Pasarsenen.
 
 

No comments: