Wednesday, December 31, 2014

Helikopter SH-60B/F Seahawk (USA)



 SH-60B/F Seahawk
Semasa 1970-an, AL AS mulai mencari helikopter baru untuk menggantikan SH-2 Seasprite. Helikopter ini digunakan AL AS sebagai platform bagi Light Airbone Multi-Purpose System (LAMPS) Mk I yang sesuai dengan maritime warfare. Teknologi sensor dan avionik yang dikembangkan akhirnya menghasilkan LAMPS Mk II suite. Akan tetapi SH-2 tidak cukup besar untuk mengangkut perangkat yang dibutuhkan AL.

Pertengahan 1970-an AD mengkaji helikopter Boeing-Vertol YUH-61 untuk Utility Tactical Transport Aircraft System (UTTAS). Berbasis AL adalah persyaratan pada spesifikasi UTTAS AD karena dengan prinsip commonality biaya bisa diturunkan. Sikorsky dan Boeing-Vertol memasukkan proposal untuk versi AL dari helikopter UTTAS AD pada April 1977 untuk dikaji. Sementara itu, AL juga mengkaji helikopter yang sedang diproduksi oleh Bell, Kaman, Westland, dan MBB. Akan tetapi semuanya terlalu kecil untuk misis yang diharapkan. Awal 1978, AL memilih rancangan Sikorsky S-70B yang dinamai SH-60 B Sea Hawk.

Sea hawk berevolusi dari Sikorsky UH-60A Black Hawk yang dioperasikan oleh AD AS. SH-60B secara dramatis mengalami peningkatan dalam hal pemeliharaan dan keandalan. Helikopter ini bisa dibilang paling maju dalam hal keselamatan dan daya bertahan dibandingkan dengan helikopter manapun dalam daftar AL AS. SH-60B Seahawk lebih dikenal dengan sebutan helikopter LAMPS Mk III. Helikopter ini memiliki standarisasi kemampuan untuk mendeteksi, mengklaisifikasi, mengalokasi, dan mencegat kapal maupun kapal selam.

 
Setelah SH-60B mulai dioperasi, AL mulai mengembangkan varian SH-60F untuk menggantikan SH-3 Seaking. Contoh pertama SH-60F terbang pada 19 Maret 1987. Sh-60F merupakan versi berbasis kapal induk dari SH-60B. Satu perbedaan utama, SH-60B dirancang dioperasikan dari fregat dan destroyer serta memberikan perlindungan di lingkar luar armada. Sedangkan SH-60F memberikan perlindungan di lingkar dalam dan dioperasikan dari dek kapal induk armada AL AS, baik yang konvensional maupun yang nuklir.

Perbedaan utama lainnya adalah berkisar bagaimana menjalankan misi ASW. Sementara SH-60B meluncurkan sonobuoys dan beroperasi sebagai unit mandiri, SH-60F bekerja secara tandem dengan SH-60F lainnya, terbang diatas satu titik dan menurunkan dipping sonar untuk mendengarkan kapal selam.


Spesifikasi :
Awak : pilot, kopilot + 1 sensor operator (SH-60B), pilot, kopilot + 2 sensor operator (SH-60F)
Mesin : 2 x General Electric T-700-GE-401C hp turboshaft
Dimensi : panjang 22,15 m; lebar (diameter rotor) 18,9 m; tinggi 5,13 m
Bobot : 6.191 kg (kosong), 9.182 kg
Kecepatan 234 km/jam
Jangkauan : 966 km
Persenjataan : 3 x torpedo Mark 46 / Mark 50 torpedo; AGM-119B Penguin anti-ship missile (SH-60B0; AGM-114 Hellfire missile; 1 door gun
Avionik : Bendix AN/AQS-13f Dipping Sonar (SH-60B); ASQ-81 Magnetic Anomaly Detector (SH-60F); 25 sonar buoys (SH-60B); 14 sonar buoys (SH-60F); APS-124 search radar (SH-60B); ALQ-142 ESM (SH-60B); AAS-44 FLIR Forward Looking InfraRed (SH-60B); ARR-84 sonarbouy receiver doppler navigation aids GPS TACAN; ALE-139 chaf/flare dispensers.

Tuesday, December 30, 2014

Kapal Perang Sea Wolf class Singapura



Sea Wolf class
Missile Attack Craft 45m (di Angkatan Laut Singapore dikenal sebagai Sea Wolf class) dirancang sebagai kapal platform pembawa rudal berbiaya efektif yang mampu melakukan misi tempur dan patroli di masa damai. Kemampuan membawa senjata yang banyak membuatnya fleksibel dalam pilihan konfigurasi senjata untuk memenuhi tugas-tugas khusus yang disandangnya.

Sea Wolf class dikembangkan berdasarkan desain TNC 45 dari Lürssen German, dua kapal pertama dibangun di German, sementara empat dibangun secara lokal oleh Singapore Technology Marine (ST Marine). Kapal ini mengalami sejumlah program upgrade pada 1980-an dan 1990-an untuk meningkatkan kemampuan menyerang dan mengikuti teknologi.


Spesifikasi :
Panjang : 44.90m
Lebar : 7.00m
Bobot : 226 ton / 254 ton (fl)

Persenjataan :
-1x57mm 70-cal Bofors SAK-57 Mk I DP
-2x12.7mm senapan mesin
-2-4 Harpoon SSM
-2xGabriel I SSM
-1xSabral point defence SAM system
Mesin : 4 mesin diesel 4 MTU, 4 props; 14.400 bhp
Kecepatan : 35 knot
Crew : 40 orang

Sunday, December 21, 2014

Pesawat Grumman F11F Tiger (USA)


 
Grumman F11F Tiger

Berikut ini merupakan sejarah singkat tengtang pesawat grumman F11F Tiger.
Pada saat F9F Cougar melakukan terbang perdana pada tanggal 20 September 1950, Grumman sebenarnya sudah mulai merancang jet tempur baru untuk menggantikan F9F Panther dan F9F Cougar. Fighter baru yang memiliki kemampuan terbang supersonik tersebut adalah F11F Tiger yang kemudian melakukan terbang perdana pada tanggal 30 Juli 1954.

F11F Tiger adalah fighter yang cukup mudah untuk diterbangkan dan mudah untuk dirawat, Namun mesin turbojet Wright J65 yang digunakan oleh pesawat ini ternyata sering mengalami masalah dan kurang bertenaga sehingga mengurangi jarak tempuh dan kemampuan terbang F11F. Sebagai akibatnya pesawat ini hanya diproduksi sebanyak 200 unit dan hanya digunakan sebagai fighter selama empat tahun saja, yaitu dari tahun 1957 sampai dengan tahun 1961 dan kemudian digantikan oleh F-8 Crusader.

Dianggap tidak layak sebagai fighter, F11F Tiger kemudian digunakan sebagai pesawat latih sampai dengan tahun 1967. Namun pesawat ini memiliki kemampuan manuver yang cukup baik sehingga kemudian digunakan oleh team aerobatik Blue Angels mulai tahun 1957 sebelum akhirnya digantikan oleh F-4 Phantom pada tahun 1969.


Spesifikasi pesawat (F11F-1) :

Pilot : 1
Panjang : 14.31 m
Lebar  : 9.64 m
Tinggi : 4.03 m
Berat kosong : 6,091 kg
Berat max terbang : 10,052 kg
Mesin : 1 x 7,450 lb (3,379 kg) thrust Wright J65-W-18 turbojet engine
Kecepatan max : 1,207 km/h
Jangkauan : 2,044 km
Service ceiling : 12,770 m
Kecepatan menanjak : 1,565 m/minute
Senjata : 4 x 20mm cannons and 4 x AIM-9 Sidewinder air-to-air missiles

Friday, December 19, 2014

Renault FT-17 Light Tank


Renault FT-17 adalah tank ringan yang dikembangkan oleh Perancis dalam Perang Dunia I. Tank ringan ini adalah tank operasional pertama yang dilengkapi dengan turret yang dapat berputar 360 derajat. Desain tank ini berbeda dengan tank lainnya dalam Perang Dunia I dan sering disebut tank modern pertama dalam sejarah. Renault FT-17 diproduksi lebih dari 3.000 unit dan dioperasikan oleh lebih dari 20 negara.

Pada tahun 1916 Inggris menjadi negara yang menggunakan tank dalam Perang Dunia I. Namun tank pada masa-masa awal tersebut berukuran besar, berat, dan lamban. Sementara itu para pimpinan militer Perancis lebih memilih membuat tank ringan dalam jumlah besar, yang mampu bergerak lebih lincah untuk mendukung gerak maju pasukan infantri. Prototype Renault FT sendiri berhasil dibuat pada pertengahan tahun 1917 dan mulai memasuki tahap produksi pada akhir tahun 1917.

Tank ringan ini diawaki dua orang, driver dan commander (yang juga bertugas sebagai loader dan gunner). Dengan bobot sekitar 7 ton dan menggunakan mesin berkekuatan 35 tenaga kuda, Renault FT-17 hanya memiliki kecepatan sekitar 7 km per jam dengan jarak tempuh sekitar 35 km. Tank ini dibuat dengan dua versi persenjataan, senapan mesin Hotchkiss M1914 kaliber 8mm atau meriam Puteaux SA 18 kaliber 37mm.
Renault FT-17 mulai digunakan dalam pertempuran pada awal tahun 1918. Selain oleh pasukan Perancis, tank ini juga digunakan oleh pasukan tank Amerika Serikat dalam Perang Dunia I yang dipimpim oleh George Patton. Setelah Perang Dunia I berakhir, tank ini banyak diekspor ke beberapa negara dan terlibat dalam sejumlah konflik bersenjata seperti Perang Saudara Rusia, Perang Saudara Spanyol, Perang Saudara Cina, dan Perang Polandia – Rusia.

Ketika pecah Perang Dunia II, Renault FT-17 masih digunakan oleh pasukan Perancis, Polandia, dan Yugoslavia untuk melawan pasukan tank Jerman. Finlandia juga masih menggunakan FT-17 untuk menghadapi pasukan Uni Soviet. Setelah Perancis dikuasai Jerman pada tahun 1940, Jerman merebut lebih dari 1.000 unit Renault FT-17. Renault FT-17 hasil rampasan tersebut kemudian digunakan oleh Jerman untuk tugas-tugas pengamanan lapangan udara, internal security, dan juga untuk keperluan latihan. Pertempuran terakhir yang melibatkan Renault FT-17 dalam Perang Dunia II terjadi pada tahun 1944, ketika tank ini ikut digunakan Jerman untuk menghadapi pasukan Sekutu setelah pendaratan Normandia.

Setelah Perang Dunia II berakhir, tank ini masih digunakan dalam perang Arab – Israel di tahun 1948.



Spesifikasi :

Crew : 2
Senjata : 1 x 37mm gun or 1 x 8mm machine gun
Panjang : 5.00 m
Lebar : 1.74 m
Tinggi : 2.14 m
Berat beban penuh : 7,000kg
Mesin : 35 hp Renault four-cylinder petrol engine
Kecepatan max : 7 km/h
Jangkauan : 35 km

Wednesday, December 17, 2014

Senapan SR-25 (USA)



 
SR-25 

Senapan runduk semi-otomatis SR-25 dirancang oleh Eugene Stoner dan diproduksi oleh Knight’s Armament Company. Menggunakan metoda rotating bolt dan sistem gas direct impingement. Dasar mekanismenya mirip AR-10 Stoner (sama dengan AR-15/M16), yang dirancang ulang untuk kaliber 7.62 x 51 mm NATO. Lebih dari 60% komponen SR-25 serupa dengan komponen AR15/M16 - kecuali receiver, hammer, laras dan carrier/bolt. Laras SR-25 dibuat oleh Remington Arms dengan model rifling 5R (5 grooves, rounded), dengan twist 1:11.25 (1 putaran dalam jarak 11.25″ (286mm)). Panjang laras 609mm jenis free-floating dengan tingkat akurasi 0,75 MOA (minute of arc) – sangat bagus untuk semi-otomatis.Mk 11 Mod 0 menggunakan amunisi kaliber 7.62×51mm NATO (setara dengan .308 Winchester). Sistem Mk11 termasuk senapan, magasen isi 20 butir, QD scope ring, Leupold Vari-X Mil-dot riflescope, Harris swivel-base bipod pada Knight mount, dan QD sound suppressor, diproduksi oleh Knight’s Armament Co.

Menurut pihak pabrik Knight’s Armament Company, inti dari sistem Mk 11 adalah free-floated RAS (Rail Accessory System) fore-end. Fore-end aluminium tidak menimbulkan kontak dengan laras didepan receiver, sehingga memungkinkan untuk mencapai keakuratan yang tinggi. Mk 11 Mod 0 menggunakan RAS fore-end KAC 11.35 in (288 mm) long match, memudahkan dalam penambahan/pengurangan komponen dengan standar MIL-STD-1913.
Sistem Mk 11 Mod 0 sama dengan KAC senapan runduk semi-otomatis XM110 yang menggunakan sistem rel URX, memiliki popor yang dapat disesuaikan panjangnya.

Catatan; KAC SR-25 sebagai dasar sistem Mk 11 Mod 0 tidak sama dengan senapan runduk M21 yang digunakan oleh USSOCOM. Walau keduanya menenmbakan amunisi kaliber 7.62 x 51 mm NATO, M21 modifikasi dari M14, sementara KAC SR-25 merupakan derivatif dari AR-10.

SPESIFIKASI:
Varian: Match rifle – laras 609mm, bobot: 4,88 kg
Match rifle ringan – laras 508mm, bobot: 4,31 kg
Karabin – laras 406mm, bobot: 3,52 kg
Sport – laras 508mm, bobot: 3,97 kg
Panjang senapan: 1118mm
Kaliber amunisi: 7,62×51mm NATO
Aksi: Gas operation, rotating bolt, semi-automatic

Helikopter Agusta Westland A 129 Mangusta



Agusta Westland A 129 Mangusta

Desain : Agusta Westland A 129 Mangusta (Mongoose)
Type Klasifikasi : Medium Multirole Attack / Reconnaissance Helicopter
Pembuat: Agusta - Italy
Negara Pembuat : Italy
Tahun Ternang Pertama : 1990
Unit yang telah dibuat: 60

Helikopter A 129 Mangusta ("Mongoose") dikembangkan sebagai helikopter varian seri A 109. Helikopter desain baru ini lebih besar dan sangat berbeda dengan pendahulunya. Helikopter yang diberi kode A 129 ini menjadi helikopter yang benar-benar baru. Selanjutnya, diklasifikasikan sebagai helikopter serang medium dengan peran sebagai pengintai bersenjata, A 129 menjadi heli utama angkatan bersenjata Italia. Proyek A 129 dimulai pada awal 1978 untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata Italia, akan tetapi produksi pertamanya dimulai pada akhir 1990 dan purwarupanya terbang pada 1983.

Tempat duduk semua varian A 129 adalah tandem, dengan pilot lebih tinggi di belakang dan penembak di bagian depan kokpit. Kaca kokpit terdiri dari panel datar yang transparan untuk mengurangi efek kilatan yang mengganggu pandangan awak. Bagian samping kaca dapat terbuka dalam kondisi darurat. Varian A 129 sangat terbatas, versi “Internasional” dan versi “Tempur” standar menawarkan modifikasi berbeda dengan helikopter standarnya.

Versi “Internasional” A 129 dikembangkan sebagai versi ekspor untuk memenuhi pesanan pihak asing. Helikopter ini berbeda dengan A 129 standar dalam hal pemakaian dua mesin turboshaft LHTEC T800. Sebuah senapan bawah-hidung juga dapat ditambahkan sebagai gabungan persenjataan yang termasuk di dalamnya misil anti-tank TOW dan pod roket. Misil udara-ke-udara Stinger juga dapat digunakan.


Spesifikasi : Agusta Westland A 129 Mangusta (Mongoose)

Dimensi :
Panjang : 40.29ft (12.28m)
Lebar : 10.50ft (3.20m)
Tinggi : 10.99ft (3.35m)

Performance:
Kecepatan Max : 183mph (294kmh; 159kts)
Radius Max : 62miles (100km)
Kecepatan Menanjak : 2,030 ft/min
Ceiling : 15,502ft (4,725m; 2.9miles)

Structure:
Accommodation: 2
Hardpoints: 4
Empty Weight: 5,578lbs (2,530kg)
MTOW: 9,039lbs (4,100kg)

Mesin :
Mesin (s): 2 x Rolls-Royce Gem 2 Mk 1004D turboshaft engines generating 825shp and driving four blade main rotor and two-blade tail rotor.

Senjata :
Mission-specific ordnance may include any of the following:
A 129 Mangusta
2 x 12.7mm machine guns
8 x TOW 2 / TOW 2A anti-tank missiles
2 x 7/19 Shot Rocket Pods
Stinger air-to-air missiles
A 129 Mangusta "International":
1 x 20mm cannon
2 x Rocket Pods
8 x TOW 2 / TOW 2A anti-tank missiles
Stinger air-to-air missiles

Variants:
A 129 Mangusta - Base Production Model Designation.
A 129 Mangusta "Combat" - Standardized Mangusta model series.
A 129 Mangusta "International" - Export Model Designation; fitted with LHTEC T800 turboshaft engines; optional 20mm three-barrel cannon in undernose turret.

Monday, December 15, 2014

Pesawat Tanpa Awak UAV Eagle Eye (USA)



 Eagle Eye UAV

UAV Bell Eagle Eye mempunyai penampilan seperti pesawat konvensional pada umumnya dengan rotor di setiap ujung sayapnya yang memungkinkan manuver naik atau turun dan melayang. Bell Helicopter Textron Incorporation (BHTI) mulai terlibat dalam program UAV dengan membuat gorong-gorong angin untuk model V-22, menggunakan suku cadang helikopternya seperti mesin, as gardan, gear box dll, dan membuat UAV rotor miring Eagle Eye.

Eagle Eye mempunyai bentang sayap 15.2 kaki, panjang 17.9 kaki dan tinggi 5.7 kaki, dengan berat 2.000 pound (tergantung beban yang dibawa). Uji terbang pertama (hanya melayang) dilakukan di fasilitas BHTI di Dallas, Texas, pada 1992.

Setelah berhasil dalam uji terbang pertama (melayang), team pemerintah dan kontraktor pindah ke Yuma Proving Grounds (YPG) untuk uji terbang lanjut di kuartal ketiga 1993. Uji terbang tersebut berhasil dan Eagle Eye terbang dengan mode helikopter, diubah melalui mode transisi ke mode pesawat. 35 penerbangan telah dilakukan dengan total lama terbang 15 jam. Kecepatan maksimal yang dapat dicapai adalah 159 knots pada ketinggian 1.550 kaki di atas rata-rata permukaan laut.

Pemerintah tidak lagi membutuhkan UAV Vertical Take Off and Landing (VTOL) dan kemudian membatalkan perjanjian seluruh demonstrasi/pengambangan UAV Vertical Take Off and Landing (VTOL). BHTI melanjutkan pengembangan Eagle Eye bersama dengan R&D.

Pada musim semi 1998, pemerintah kembali menginginkan demonstrasi UAV VTOL dan mengontrak BHTI untuk mendemonstrasikan kualitas dan performa penerbangan Eagle Eye. Demonstrasi ini dilakukan dalam dua fase. Fase Pertama berupa demonstrasi penerbangan dengan landasan terbang darat dan Fase Kedua berlandasan laut (kapal laut). Fase kedua berhasil dilaksanakan pada April 1998 di Yuma Proving Ground.. UAV ini terbang lebih dari 43 kali dengan 55.5 jam terbang dan berhasil mencapai kecepatan 200 knots, dengan ketinggian 14.600 kaki. Fase Kedua dilaksanakan pada 1999 dan dilakukan di sebuah kapal perang kecil. Purwarupa pertama hancur dalam sebuah kecelakaan, tetapi purwarupa kedua berhasil melalui program uji ini.
Keberhasilan dalam program uji ini membuat UAV ini masuk dalam program “Deepwater” pada 2002 dan pembuatan UAV dengan ukuran sebenarnya, dan disebut dengan TR918, dengan mesin turboshaft Pratt & Whitney Canada P200/55.

Bell telah mempromosikan Eagle Eye selama satu dekade untuk mendapatkan pembeli, dan pada musim panas 2002 penjaga pantai AS memesan UAV ini sebagai bagian program Deepwater.

AL dan Korps Marinir AS juga menunjukkan ketertarikan dan beberapa dari negara lain. Di musim panas 2004, Bell berhasil membuat hubungan dengan Sagem di Perancis dan Rheinmetall Defense Electronics di Jerman untuk menjual varian Eagle Eye di Eropa. Bell akan menyediakan suku cadang mentahnya, sementara partner di Eropa akan menyediakan “payload” dan suku cadang lain sesuai dengan kebutuhan konsumen, dan kemudian Bell akan melakukan integrasi sistem.

Spesifikasi :

Pembuat : Bell Helicopter - Textron, Texas
AV Type: Tilt Rotor
Lebar : 17.9/5.46 (ft/m)
Tinggi : 5.7/1.73 (ft/m)
Bentang sayap : 15.2/4.63 (ft/m)
Baling-baling (diameter): 9.5/2.90 (ft/m)
Take-Off Gross Weight: 2250/1020 (lbs/kg)
Berat kosong : 1300/590 (lbs/kg)
Berat Bahan bakar t: 750/340 (lbs/kg)
Kapasitas angkat : 200/90 (lbs/kg)
Kecepatan (kts): Max 200+, Cruise 0-200
Ketinggian : 20,000/6,100 (ft/m)
Ketahanan terbang : 8 hours
Radius of Operation: 110/200 LOS (nm/km)
Mesin : Allison 250-C20 GT 420 shp
Fuel: Heavy.JP
Landing Gear: Wheeled/Retractable
Flight Control: Automated/Dual Redundant
Take Off/Landing: VTOL/STOL
AV Data Link(s): S-Band/UHF (TCDL future)
Payload: FLIR - EO/IR - SAR

Sunday, December 14, 2014

TATA CARA PENGENDALIAN SEMUT DI KEBUN PRODUKSI



Semut merupakan hewan serangga yang banyak kita temui di sekitar kita, ada jenis semut yang membatu kita dalam memerangi hama lain tetapi kadang juga semet itu sendiri yang menjadi hama bagi kita contohnya bisa membuat kebun tanaman produksi kita rusak.
berikut penulis akan berbagi sedikit bacaan tentang cara pengendalian semut yang sudah menjadi hama di kebun kita. 
  1.  Berdasarkan data survei, hitung jumlah rumpun yang terserang smut.
  2.  Pada tanaman yang berumur 5 – 12 bulan, jika rumpun yang terserang lebih dari 5% maka tanaman diusahakan mengikuti tata cara pemanenan dengan terlebih dahulu membakar kebun sebelum dipanen.
  3. Sebulan setelah dipanen lakukan survei pada petak bersangkutan. Jika rumpun yang terserang lebih dari 5% maka lakukan penyemprotan seluruh petak dengan Glyphosate (360 g/L) dengan dosis 5 – 7 liter per hektar. Setelah seluruh tunggul mati, lahan dibajak dan ditanami dengan varietas yang tahan.
  4. Pada tanaman umur 1 – 4 bulan, langkah no. 3 dilakukan jika serangan telah mencapai 5% atau lebih.
  5. Pada tanaman umur 1 – 4 bulan, jika serangan kurang dari 5% maka aplikasikan glyphosate (360 g/L) dengan takaran 1 liter : 100 liter pada rumpun yang terserang dan rumpun-rumpun di sekitarnya (perhatikan gambar). Jika rumpun yang terserang hanya satu dan rumpun disekitarnya tidak terserang maka rumpun yang disemprot seperti di bawah ini: 
 
 semut tanah yang sering menjadi hama tanaman

Tidak Disemprot
Disemprot
Tidak Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
SEMUT (semprot)
Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
Tidak Disemprot
Disemprot
Tidak Disemprot

Keterangan: Satu kotak pada gambar menunjukkan satu rumpun tanaman.
Jika rumpun yang terserang lebih dari satu, maka gambar berikut ini bisa dijadikan pedoman :

Tidak Disemprot
Tidak Disemprot
Disemprot
Tidak Disemprot
Tidak Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
SEMUT (semprot)
Disemprot
Disemprot
SEMUT (semprot)
SEMUT (semprot)
Disemprot
Disemprot
SEMUT (semprot)
SEMUT (semprot)
Disemprot
Disemprot
SEMUT (semprot)
SEMUT (semprot)
Disemprot
Disemprot
Disemprot
SEMUT (semprot)
Disemprot
Tidak Disemprot
Disemprot
Disemprot
Disemprot
Tidak Disemprot
Tidak Disemprot
Disemprot
Tidak Disemprot
 
Keterangan: Satu kotak pada gambar menunjukkan satu rumpun tanaman.