Wednesday, January 15, 2014

Jenderal Sudirman



Panglima Besar Jenderal Sudirman, Seri Tokoh Indonesia

Jenderal Sudirman (1916-1950)

Panglima dan Jenderal Pertama RI
Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.


Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Wednesday, January 8, 2014

Bendera Merah Putih



SEJARAH SANG SAKA MERAH PUTIH, 

Sejarah Panjang Bendera Merah Putih


SEJARAH SANG SAKA MERAH PUTIH

Bila kita melihat deretan bendera yang dikibarkan dari berpuluh-puluh bangsa di atas tiang, maka terlintas di hati kita bahwa masing-masing warna atau gambar yang terdapat di dalamnya mengandung arti, nilai, dan kepribadian sendiri-sendiri, sesuai dengan riwayat bangsa masing-masing. Demikian pula dengan bendera merah putih bagi Bangsa Indonesia. Warna merah dan putih mempunyai arti yang sangat dalam, sebab kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma, melainkan melalui proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa Indonesia.

1. Menurut sejarah, Bangsa Indonesia memasuki wilayah Nusantara ketika terjadi perpindahan orang-orang Austronesia sekitar 6000 tahun yang lalu datang ke Indonesia Timur dan Barat melalui tanah Semenanjung dan Philipina. Pada zaman itu manusia memiliki cara penghormatan atau pemujaan terhadap matahari dan bulan. Matahari dianggap sebagai lambang warna merah dan bulan sebagai lambang warna putih. Zaman itu disebut juga zaman Aditya Candra. Aditya berarti matahari dan Candra berarti bulan. Penghormatan dan pemujaan tidak saja di kawasan Nusantara, namun juga di seluruh Kepulauan Austronesia, di Samudra Hindia, dan Pasifik.
Sekitar 4000 tahun yang lalu terjadi perpindahan kedua, yaitu masuknya orang Indonesia kuno dari Asia Tenggara dan kemudian berbaur dengan pendatang yang terlebih dahulu masuk ke Nusantara. Perpaduan dan pembauran inilah yang kemudian melahirkan turunan yang sekarang kita kenal sebagai Bangsa Indonesia.
Pada Zaman itu ada kepercayaan yang memuliakan zat hidup atau zat kesaktian bagi setiap makhluk hidup yaitu getah-getih. Getah-getih yang menjiwai segala apa yang hidup sebagai sumbernya berwarna merah dan putih. Getah tumbuh-tumbuhan berwarna putih dan getih (dalam Bahasa Jawa/Sunda) berarti darah berwarna merah, yaitu zat yang memberikan hidup bagi tumbuh-tumbuhan, manusia, dan hewan. Demikian kepercayaan yang terdapat di Kepulauan Austronesia dan Asia Tenggara.

2. Pada permulaan masehi selama 2 abad, rakyat di Kepulauan Nusantara mempunyai kepandaian membuat ukiran dan pahatan dari kayu, batu, dan lainnya, yang kemudian ditambah dengan kepandaian mendapat pengaruh dari kebudayaan Dong Song dalam membuat alat-alat dari logam terutama dari perunggu dan besi. Salah satu hasil yang terkenal ialah pembuatan gendering besar dari perunggu yang disebut nekara dan tersebar hampir di seluruh Nusantara. Di Pulau Bali gendering ini disebut Nekara Bulan Pajeng yang disimpan dalam pura. Pada nekara tersebut diantaranya terdapat lukisan orang menari dengan hiasan bendera dan umbul-umbul dari bulu burung. Demikian juga di Gunung Kidul sebelah selatan Yogyakarta terdapat kuburan berupa waruga dengan lukisan bendera merah putih berkibar di belakang seorang perwira menunggang kerbau, seperti yang terdapat di kaki Gunung Dompu.
Sejak kapan bangsa-bangsa di dunia mulai memakai bendera sebagai identitas bangsanya? Berdasarkan catatan sejarah dapat dikemukakan bahwa awal mula orang menggunakan bendera dimulai dengan memakai lencana atau emblem, kemudian berkembang menjadi tanda untuk kelompok atau satuan dalam bentuk kulit atau kain yang dapat berkibar dan mudah dilihat dari jauh. Berdasarkan penelitian akan hasil-hasil benda kuno ada petunjuk bahwa Bangsa Mesir telah menggunakan bendera pada kapal-kapalnya, yaitu sebagai batas dari satu wilayah yang telah dikuasainya dan dicatat dalam daftar. Demikian juga Bangsa Cina di zaman kaisar Chou tahun 1122 sebelum masehi.
Bendera itu terikat pada tongkat dan bagian puncaknya terdapat ukiran atau totem, di bawah totem inilah diikatkan sepotong kain yang merupakan dekorasi. Bentuk semacam itu didapati pada kebudayaan kuno yang terdapat di sekitar Laut Tengah. Hal itu diperkuat juga dengan adanya istilah bendera yang terdapat dalam kitab Injil. Bendera bagi raja tampak sangat jelas, sebab pada puncak tiang terdapat sebuah symbol dari kekuasaan dan penguasaan suatu wilayah taklukannya. Ukiran totem yang terdapat pada puncak atau tiang mempunyai arti magis yang ada hubungnnya dengan dewa-dewa. Sifat pokok bendera terbawa hingga sekarang ini.
Pada abad XIX tentara napoleon I dan II juga menggunakan bendera dengan memakai lambang garuda di puncak tiang. Perlu diingat bahwa tidak semua bendera mempunyai arti dan ada hubungannya dengan religi. Bangsa Punisia dan Yunani menggunakan bendera sangat sederhana yaitu untuk kepentingan perang atau menunjukkan kehadiran raja atau opsir, dan juga pejabat tinggi negara. Bendera Yunani umumnya terdiri dari sebuah tiang dengan kayu salib atau lintang yang pada puncaknya terdapat bulatan. Dikenal juga perkataan vaxillum (kain segi empat yang pinggirnya berwarna ungu, merah, atau biru) digantung pada kayu silang di atas tombak atau lembing.
Ada lagi yang dinamakan labarum yang merupakan kain sutra bersulam benang emas dan biasanya khusus dipakai untuk Raja Bangsa Inggris menggunakan bendera sejak abad VIII. Sampai abad pertengahan terdapat bendera yang menarik perhatian yaitu bendera “gunfano” yang dipakai Bangsa Germania, terdiri dari kain bergambar lencana pada ujung tombak, dan dari sinilah lahir bendera Prancis yang bernama “fonfano”.
Bangsa Viking hampir sama dengan itu, tetapi bergambar naga atau burung, dikibarkan sebagai tanda menang atau kalah dalam suatu pertempuran yang sedang berlangsung. Mengenai lambang-lambang yang menyertai bendera banyak juga corak ragamnya, seperti Bangsa Rumania pernah memakai lambang burung dari logam, dan Jerman kemudian memakai lambang burung garuda, sementara Jerman memakai bendera yang bersulam gambar ular naga.
Tata cara pengibaran dan pemasangan bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung, kibaran bendera putih sebagai tanda menyerah (dalam peperangan) dan sebagai tanda damai rupanya pada saat itu sudah dikenal dan etika ini sampai sekarang masih digunakan oleh beberapa Negara di dunia.

3. Pada abad VII di Nusantara ini terdapat beberapa kerajaan. Di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya yang pada hakikatnya baru merupakan kerajaan dengan kekuasaan terbatas, satu sama lainnya belum mempunyai kesatuan wilayah. Baru pada abad VIII terdapat kerajaan yang wilayahnya meliputi seluruh Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang berlangsung sampai abad XII. Salah satu peninggalannya adalah Candi Borobudur , dibangun pada tahun 824 Masehi dan pada salah satu dindingnya terdapat “pataka” di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera merah putih sedang berkibar. Kata dwaja atau pataka sangat lazim digunakan dalam kitab jawa kuno atau kitab Ramayana. Gambar pataka yang terdapat pada Candi Borobuur, oleh seorang pelukis berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih. Pada Candi Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan warna merah (api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman = kera berbulu putih. Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah di abad X yang telah mengenal warna merah dan putih.
Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai burung besar, yaitu Burung Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah putih. Denikian juga pada tahun 898 sampai 910 Raja Balitung yang berkuasa untuk pertama kalinya menyebut dirinya sebagai gelar Garuda Muka, maka sejak masa itu warna merah putih maupun lambang Garuda telah mendapat tempat di hati Rakyat Indonesia.

4. Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah Kerajaan Kediri, mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat melakukan pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan Raja Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar tahun 1292. Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke Semenanjung Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat mengirimkan tentaranya dengan mengibarkan panji – panji berwarna merah putih dan gamelan kearah selatan Gunung Kawi. Pasukan inilah yang kemudian berhadapan dengan Pasukan Singosari, padahal pasukan Singosari yang terbaik dipusatkan untuk menghadang musuh di sekitar Gunung Penanggungan. Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang lebih dikenal dengan nama Piagam Butak. Butak adalah nama gunung tempat ditemukannya piagam tersebut terletak di sebelah selatan Kota Mojokerto. Pasukan Singosari dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang dan menantu Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah sebidang tanah di Desa Tarik, 12 km sebelah timur Mojokerto. Berkibarlah warna merah – putih sebagai bendera pada tahun 1292 dalam Piagam Butak yang kemudian dikenal dengan piagam merah – putih, namun masih terdapat salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang Runtuhnya Singosari serta mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada zaman itu pula terjadinya perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme.

5. Demikian perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh tentara Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih (jingga=merah, dan perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam, pada waktu itu keratonnya juga disebut sebagai keraton merah – putih, sebab tembok yang melingkari kerajaan itu terdiri dari batu bata merah dan lantainya diplester warna putih. Empu Prapanca pengarang buku Negarakertagama menceritakan tentang digunakannya warna merah – putih pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk. Kereta pembesar – pembesar yang menghadiri pesta, banyak dihiasi merah – putih, seperti yang dikendarai oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha digambari buah maja warna merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan bahwa zaman Majapahit warna merah – putih sudah merupakan warna yang dianggap mulia dan diagungkan. Salah satu peninggalan Majapahit adalah cincin warna merah putih yang menurut ceritanya sabagai penghubung antara Majapahit dengan Mataram sebagai kelanjutan. Dalam Keraton Solo terdapat panji – panji peninggalan Kyai Ageng Tarub turunan Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit terakhir. Panji – panji tersebut berdasar kain putih dan bertuliskan arab jawa yang digaris atasnya warna merah. Hasil penelitian panitia kepujanggaan Yogyakarta berkesimpulan antara lain nama bendera itu adalah Gula Kelapa . dilihat dari warna merah dan putih. Gula warna merah artinya berani, dan kelapa warna putih artinya suci.

6. Di Sumatra Barat menurut sebuah tambo yang telah turun temurun hingga sekarang ini masih sering dikibarkan bendera dengan tiga warna, yaitu hitam mewakili golongan penghulu atau penjaga adat, kuning mewakili golongan alim ulama, sedangkan merah mewakili golongan hulu baling. Ketiga warna itu sebenarnya merupakan peninggalan Kerajaan Minang pada abad XIV yaitu Raja Adityawarman. Juga di Sulawesi di daerah Bone dan Sopeng dahulu dikenal Woromporang yang berwarna putih disertai dua umbul – umbul di kiri dan kanannya. Bendera tersebut tidak hanya berkibar di daratan, tetapi juga di samudera , di atas tiang armada Bugis yang terkenal. Bagi masyarakat Batak terdapat kebudayaan memakai ulos semacam kain yang khusus ditenun dengan motif tersendiri. Nenek moyang orang Batak menganggap ulos sebgai lambang yang akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta membawa arti khusus bagi yang menggunakannya. Dalam aliran animisme Batak dikenal dengan kepercayaan monotheisme yang bersifat primitive, bahwa kosmos merupakan kesatuan tritunggal, yaitu benua atas dilambangkan dengan warna merah dan benua bawah dilambangkan dengan warna hitam. Warna warna ketiga itu banyak kita jumpai pada barang-barang yang suci atau pada hiasan-hiasan rumah adat. Demikian pula pada ulos terdapat warna dasar yang tiga tadi yaitu hitam sebagai warna dasar sedangkan merah dan putihnya sebagai motif atau hiasannya. Di beberapa daerah di Nusantara ini terdapat kebiasaan yang hampir sama yaitu kebiasaan memakai selendang sebagai pelengkap pakaian kaum wanita. Ada kalanya pemakaian selendang itu ditentukan pemakaiannya pada setiap ada upacara – upacara, dan sebagian besar dari moti-motifnya berwarna merah dan putih.

7. Ketika terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 di tengah – tengah pasukan Diponegoro yang beribu – ribu juga terlihat kibaran bendera merah – putih, demikian juga di lereng – lereng gunung dan desa - desa yang dikuasai Pangeran Diponegoro banyak terlihat kibaran bendera merah - putih. Ibarat gelombang samudera yang tak kunjung reda perjuangan Rakyat Indonesia sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, putra – putra Indonesia yang dipimpin Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanudin, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Antasari, Pattimura, Diponegoro dan banyak lagi putra Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, sekalipun pihak penjajah dan kekuatan asing lainnya berusaha menindasnya, namun semangat kebangsaan tidak terpadamkan.

Pada abad XX perjuangan Bangsa Indonesia makin terarah dan menyadari akan adanya persatuan dan kesatuan perjuangan menentang kekuatan asing, kesadaran berbangsa dan bernegara mulai menyatu dengan timbulnya gerakan kebangsaan Budi Utomo pada 1908 sebagai salah satu tonggak sejarah.
Kemudian pada tahun 1922 di Yogyakarta berdiri sebuah perguruan nasional Taman Siswa dibawah pimpinan Suwardi Suryaningrat. Perguruan itu telah mengibarkan bendera merah putih dengan latar dasar warna hijau yang tercantum dalam salah satu lagu antara lain : Dari Barat Sampai ke Timur, Pulau-pulau Indonesia, Nama Kamu Sangatlah Mashur Dilingkungi Merah-putih. Itulah makna bendera yang dikibarkan Perguruan Taman Siswa.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.

Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia yang berada di Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan bendera merah – putih yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada kulit buku yang berjudul Indonesia Merdeka. Buku ini membawa pengaruh bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka.
Demikian seterusnya pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan mencapai kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera merah putih yang di tengahnya bergambar banteng.

Kongres Pemuda pada tahun 1928 merupakan detik yang sangat bersejarah dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu keputusan sejarah yang sangat berani dan tepat, karena kekuatan penjajah pada waktu itu selalu menindas segala kegiatan yang bersifat kebangsaan. Sumpah Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu, karena persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya kemerdekaan. Semangat persatuan tergambar jelas dalam “Poetoesan Congres Pemoeda – Pemoeda Indonesia” yang berbunyi :

Pertama : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH YANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA YANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Pada kongres tersebut untuk pertama kalinya digunakan hiasan merah – putih tanpa gambar atau tulisan, sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pada saat kongres pemuda berlangsung, suasana merah – putih telah berkibar di dada peserta, yang dibuktikan dengan panitia kongres mengenakan “kokarde” (semacam tanda panitia) dengan warna merah putih yang dipasang di dada kiri. Demikian juga pada anggota padvinder atau pandu yang ikut aktif dalam kongres menggunakan dasi berwarna merah – putih. Kegiatan pandu, suatu organisasi kepanduan yang bersifat nasional dan menunjukkan identitas kebangsaan dengan menggunakan dasi dan bendera merah – putih.

Perlu disadari bahwa Polisi Belanda (PID) termasuk Van der Plass tokohnya sangat ketat memperhatikan gerak – gerik peserta kongres, sehingga panitia sangat berhati-hati serta membatasi diri demi kelangsungan kongres. Suasana merah putih yang dibuat para pandu menyebabkan pemerintah penjajah melarang dilangsungkannya pawai pandu, khawatir pawai bisa berubah menjadi semacam penggalangan kekuatan massa.
Pengibaran Bendera Merah-putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat kebangsaan yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1944 lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk berkibar lagi setelah kedudukan Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu pula dibentuk panitia yang bertugas menyelidiki lagu kebangsaan serta arti dan ukuran bendera merah-putih.

Detik-detik yang sangat bersejarah adalah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah pembacaan teks proklamasi, baru dikibarkan bendera merah-putih, yang kemudian disahkan pada 18 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan tersebut kemudian ditetapkan dengan nama Sang Saka Merah Putih.





 


Kemudian pada 29 September 1950 berkibarlah Sang Merah Putih di depan Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia.

Bendera merah-putih mempunyai persamaan dengan bendera Kerajaan Monako, yaitu sebuah Negara kecil di bagian selatan Prancis, tapi masih ada perbedaannya. Bendera Kerajaan Monako di bagian tengah terdapat lambang kerajaan dan ukurannya dengan perbandingan 2,5 : 3, sedangkan bendera merah putih dengan perbandingan 2 : 3 (lebar 2 meter, panjang 3 meter) sesuai Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1958. Kerajaan Monako menggunakan bendera bukan sebagai lambang tertinggi karena merupakan sebuah kerajaan, sedangkan bagi Indonesia bendera merah putih merupakan lambang tertinggi.

Friday, January 3, 2014

Lombanya Pramuka Penggalang



Lomba Tingkat Pramuka Penggalang

Lomba Tingkat adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk perlombaan baik beregu maupun perorangan atas nama regu. Lomba Tingkat biasa disingkat dengan LT. Lomba Tingkat diselenggarakan dalam bentuk perkemahan.

Macam Lomba Tingkat

Lomba Tingkat dibedakan berdasarkan tingkat penyelenggaraan dan pesertanya, yaitu:
LT I
Adalah Lomba Tingkat yang diselenggarakan di tingkat Gugusdepan (biasanya berupa sekolah SMP atau MTs) dengan peserta dari masing-masing regu anggota Gugus Depan tersebut.
LT II
Adalah Lomba Tingkat yang diselenggarakan di tingkat Kwartir Ranting (Kecamatan) dengan peserta dari masing-masing Gugusdepan yang ada di Kwartir Ranting tersebut.
LT III
Adalah Lomba Tingkat yang diselenggarakan di tingkat Kwartir Cabang (Kabupaten / Kota) dengan peserta dari perwakilan masing-masing Kwartir Ranting yang ada di Kwartir Cabang tersebut.
LT IV
Adalah Lomba Tingkat yang diselenggarakan di tingkat Kwartir Daerah (Provinsi) dengan peserta dari perwakilan masing-masing Kwartir Cabnag yang ada di Kwartir daerah tersebut.
LT V
Adalah Lomba Tingkat yang diselenggarakan di tingkat Kwartir Nasional (Nasional) dengan peserta dari perwakilan masing-masing Kwartir Daerah yang ada di Indonesia.
Lomba Tingkat bersifat berjenjang. Artinya, pemenang pada suatu tingkatan akan mewakili mengikuti Lomba Tingkat di tingkat atasnya.


Materi dalam Lomba Tingkat

Materi dalam Lomba Tingkat biasanya dikelompokkan dalam emmpat kelompok kegiatan yang yaitu:
  1. Agama, Mental, Spiritual dan Pembentukan Watak, yang meliputi; Ibadah, Siraman Rohani dan upacara.
  2. Ketangkasan, Olah raga dan Patriotisme, yang meliputi; olah raga, halang rintang, pionering, aneka olah raga permainan berkelompok dan lainnya.
  3. Kesehatan, Ketrampilan, seperti; penguasaan teknik ketrampilan (komputer, memasak, fotografi), seminar, kebersihan lingkungan, Pengetahuan Kepramukaan, Penjelajahan, sandi, semaphore, morse dan lainnya.
  4. Seni dan Budaya, seperti; hasta karya dan kerajinan tangan, Pentas Seni, Api Unggun, Gebyar Budaya, Peragaan busana dan lain sebagainya.

Kejuaraan

Tiap-tiap jenis kegiatan diambil tiga regu putra dan tiga regu putri terbaik sebagai peraih tergiat I, tergiat II dan tergiat III. Dan regu dengan peraih emas terbanyak yang kemudian ditetapkan sebagai Regu Tergiat Umum. Regu inilah yang menjadi juara umum.

 
Mengapa ada LT (Lomba Tingkat)
Bahwa “berlomba” merupakan sifat anak, remaja dan juga pemuda dalam kegiatannya sehari-hari dan dapat digunakan sebagai alat pendidikan dalam mencapai tujuan Gerakan Pramuka. Ikut lomba bisa bikin siapapun berusaha mencapai keinginan untuk berhasil. Kegiatan yang diikuti oleh golongan Pramuka Penggalang ini memiliki anggota sebanyak 8 orang tiap regunya
Jadi LT ( lomba Tingkat ) merupakan pertemuan Regu-regu Pramuka Penggalang dari suatu satuan Pramuka atau dari berbagai satuan Pramuka dengan acara kegiatan kreatif, rekreatif dan edukatif dalam bentuk perlombaan. LT adalah salah satu alat untuk mengevaluasi serta meningkatkan kecakapan dan kemampuan para Pramuka Penggalang, sejauh mana para pembina di daerah melatih dan membekali peserta didik dengan berbagai ketrampilan, kecakapan, pengetahuan dan menerapkan pendidikan latihan di satuan pangkalannnya masing-masing.
LT dilaksanakan secara berjenjang, dari LT I sampai dengan LT V di tingkat Nasional, dan Peserta LT yang ikut di kegiatan ini adalah pemenang dari LT di tingkat sebelumnya, keanggotan regu Penggalang yang ikut LT juga tidak berubah, artinya tiap regu tidak boleh berganti orang, maka di kegiatan LT ini tidak ada peserta cadangan layaknya pertandingan sepakbola atau pertandingan lainnya pada umumnya. Tapi perlu diingat LT ini bukan semacam pertandingan atau mengadu atlet pramuka karena LT adalah Kegiatan yang berbentuk perlombaan yang dilaksanakan atas landasan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan, dengan tujuan untuk membina dan mengembangkan penghayatan kode kehormatan yang berupa Janji Satya dan Darma Pramuka, serta memupuk persaudaraan dan persatuan di kalangan para Pramuka Penggalang.
Selanjutnya LT dilaksanakan dalam suasana riang dan gembira, persaudaraan, gotong-royong dan saling membantu, serta memberi kesan yang baik kepada para peserta, para pelaksana, para orang tua dan masyarakat.
Dalam LT ini menggunakan istilah berprestasi untuk menggantikan istilah menang dan juara dengan maksud menghindari perbuatan-perbuatan yang semata-mata untuk mengejar kemenangan dan kejuaraan, melainkan untuk meningkatkan prestasi serta kesehatan mental dan fisik para pesertanya.
Karenanya keberhasilan satuan regu tidak hanya dinilai dari sisi keberhasilan material saja akan tetapi juga keberhasilan dalam pembentukan karakter bagi pramuka Penggalang, itulah sebenarnya layak diberikan sebutan bagi Regu Berprestasi.

Apa sih.... Makna Tulisan EURO di badan Mobil



Pengertian EURO Pada Mesin Kendaraan
 
 
 
Mungkin anda sering melihat stiker bertuliskan  "EURO" di bodi bus, mobil, truk atau kendaraan lain. Dan kebanyakan bagi kita banyak yang kurang mengerti apa sih arti dari kata Euro ?
Baiklah, di posting ini saya akan menjelaskan kepada anda pengertian dari kata "Euro".
Euro adalah standar emisi Eropa yang digunakan untuk industri Otomotif yang sudah ditetepkan sebagai standar emisi Internasional.
Di era GLOBAL WARMING ini banyak perusahaan/industri otomotif yang berlomba-lomba memproduksi mesin dengan emisi gas buang yang ramah, tentunya tidak luput dengan standar Emisi Euro.

 
Mesin mobil bus yang sudah kategori EURO
 
Ada dua macam standar yang dikeluarkan oleh beberapa badan managemen lingkungan: EPA (Environmental Protecton Agency) Standard dan ESC (european steady cycle) atau biasa disebut Euro.

Di Amerika memiliki standar EPA, standar ini biasa dilaksanakan di industry,  Standar euro lebih banyak dipakai di perusahaan otomotif dengan beberapa tingkatannya, seperti Euro 1, Euro 2 dan seterusnya.

Standar euro mulai diterapkan tahun 1993 dengan beberapa ketentuan dan berdasarkan klasifikasi kendaraan.
Di Indonesia, bahan bakar baru memenuhi kriteria Euro 1, 2, 3 dan 4.
 
Mesin mobil bus ini masuk dalam kategori EURO 3
 
EURO adalah standar emisi gas buang di Eropa dan memang menjadi standarisasi untuk dunia. Di Eropa standarnya udah sampai EURO 5 Orang awam kadang menyangka kalau
EURO itu sama dengan kemampuan mesin dan fasilitas di dalam bis. bahkan para penawar jasa a.k.a.Calo, akan menawarkan bus dengan standar Euro kepada penumpang karena mereka kira bus dengan tulisan Euro tersebut merupakan Bus yang sangat  NYAMAN.
"pake bus ini aja Pak..... Bis nya sudah YURO lhooooo.... "
(sambil nunjukin tulisan EURO yang ada di depan Bus)
Regulasi emisi gas buang di eropa untuk kendaraan berat bermesin diesel disebut dengan istilah Euro I...V, terkadang menggunakan angka numerik Arab (Euro 1...5).
Komite eropa menggunakan numerik Romawi ketika menampilkan standar untuk kendaraan berat, dan numerik Arab untuk kendaraan ringan. Hal ini disesuaikan dengan
amandemen yang telah mereka buat bahwa untuk kategori kendaran berat mempunyai
bobot lebih dari
3.500 kg yang dilengkapi dengan mesin dengan pembakaran erkompresi atau pembakaran gas alami ataupun LPG.
 
-         Euro I diperkenalkan tahun 1992,
-         Dilanjutkan dengan Euro II ditahun 1996 dengan tujuan diaplikasikan untuk kendaran truck dan bus.
-         Pada tahun 2000 komite eropa memperkenalkan lagi Euro III yang ditindaklanjuti dengan Euro IV di tahun 2005.
-         Tahun 2008 kembali lagi mereka sebagai voluntir Euro V dengan pembatasan kadar emisi gas buang ekstra rendah untuk kendaraan, yang lebih dikenal dengan "emisi ramah lingkungan".
 
Berikut adalah tabel standar Euro Indonesia masih memberlakukan ketentuan standar Euro2 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru yang efektif berlaku sejak 2007. tapi sayang Kualitas Bahan Bakar tidak mendukung untuk standar emisi EURO 3 - 6, bagaimana mungkin mobil sudah memenuhi Euro4, sementara kualitas bahan bakar minyak di Indonesia masih memenuhi spesifikasi Euro2. disamping itu
pendukung utamanya selain bahan bakar juga ada fasilitas uji emisi yang memadai.
 
 
Standarisasi Euro dilakukan secara berjangka, dan dengan sistem yang ketat untuk menekan emisi gas buang yang berbahaya. Inilah kepedulian manusia untuk mengurangi
pemanasan global, jadi pemanasan global bukan hanya karena pembabatan hutan saja, akan tetapi emisi gas buang kendaraan juga memiliki andil dalam percepatan pemanasan
global. Dan wujud kepedulian itu tertuang dalam usaha MENEKAN gas buang kendaraan. Semenjak pemanasan global meningkat sangat tajam dimana sumber pengaruh utama berasal dari pemanfaatan energy sumber daya fosil sebagai contoh adalah kendaraan bermotor. Lalu kenapa pula kendaraan bermotor bisa menimbulkan emisi gas buang? Kendaraan menghasilkan dua macam bentuk racun, yang terlihat oleh mata dan yang tak terlihat oleh mata.
 
1.      Yang terlihat oleh mata adalah PM (particulate matter) yaitu jelaga, asap hitam, tar, dan Hidrokarbon yang tidak terbakar.
2.      Sedang untuk yang tak terlihat oleh mata adalah Nox (nitrogen oksida), CO (Carbon Monoksida) dan HC (Hidrokarbon) , walaupun tak terlihat biasanya indera kita bisa merasakan kalau kadar nya terlalu tinggi yaitu mata perih dan menjadi berlinang air mata.
 
Lalu kenapa sih kok bisa seperti itu? Jika suhu dalam ruang bakar terlalu rendah maka jumlah PM nya akan meningkat dan jika suhu terlalu tinggi maka NOx nya yang akan meningkat. Dalam mesin diesel, formasi unsur NOx sangat dipengaruhi oleh peningkatan suhu dalam ruang bakar. Maka daripada itu, penting dilakukan menjaga tingkat temperature ruang bakar pada posisi tertentu. Cara mudah untuk mengurangi kadar NOx adalah memperlambat timing semprotan bahan bakar, akan tetapi hal tersebut malah mengakibatkan borosnya bahan bakar sebesar 10-15%. Lalu bagaimana caranya supaya PM nya rendah dan NOx nya juga rendah dengan tidak mengorbankan kemampuan mesin, lebih ekonomis bahan bakar dan lebih ramah kepada lingkungan?
Beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan efisiensi pembakaran banyak macamnya yaitu dengan menggunakan bantuan computer, mengatur kesesuaian semprotan bahan akar dan udara, menggunakan teknologi common rail dimana menggunakan tekanan yang
sangat tinggi dan kesesuaian timing injeksi pada setiap putaran mesin, kepala silinder
bermulti-klep dan lain-lain. Untuk memenuhi standar gas buang euro2, saat ini di
Indonesia banyak kendaraan komersil yang menggunakan teknologi turbo-intercooler
dan dilengkapi catalyst. Lalu apa hubungannya?
Turbo
Turbo bekerja pada rpm tinggi. Pada mesin normally aspirated keadaan ini dimana silinder membutuhkan udara yang banyak sehingga bahan bakar juga semakin boros dan
menhasilkan NOx yang tinggi. Pada mesin turbo, saat piston bergerak cepat menghasilkan gas exhaust bertekanan. Tekanan tersebut dimanfaatkan untuk memutar turbin pada rumah turbo dan menghisap udara masuk ke ruang silinder menjadi lebih efisien sehingga bahan bakar menjadi lebih efisien dengan peningkatan tenaga yang cukup signifikan.
Intercooler Udara tekanan tinggi dari turbo masuk ke dalam intercooler untuk diturunkan
temperaturnya, baru kemudian masuk kedalam ruang bakar. Udara dingin dengan ensitas
lebih tinggi akan meningkatkan efisensi pembakaran dan mengurangi kadar NOx. Oxydation Catalyst Alat ini berfungsi mereduksi jumlah PM yang keluar dari silinder dengan merubah zat beracun menjadi zat tidak beracun dengan mengubahnya secara kimia oleh katalis yang terinstall dalam knalpot sebelum dibuang / dilepas ke udara.

Thursday, January 2, 2014

Kendaraan Lapis Baja Buatan Dalam Negeri



Panser Anoa

 

Sebelum Wapres Jusuf Kalla mencetuskan komitmen pemerintah pemerintah untuk mengadakan 150 panser bagi TNI AD, semua orang hanya bisa berangan-angan mengenai konsep Infanteri Mekanis.

Bayangkan, ketika menggelar operasi keamanan di Aceh, TNI hanya mengandalkan truk Reo alias gun truck yang dipasangi plat baja dan dipersenjatai. Ranpur yang ada VAB dan V-150 tidak dapat di maksimalkan. Keputusan ini disambut baik TNI AD, yang sudah meminta Pindad melahirkan panser mandiri saat Panglima TNI Jenderal Endrianrtono Sutarto saat itu, berkunjung ke Pindad, 14 Juli 2003.

Dilihat dari bentuk dan penggerak, tampak sekali kesamaan dengan VAB Perancis. Namun kesamaan itu berhenti pada disain dan sistem penggerak. Sementara yang lain yang membanggakan adalah seluruh kandungan bahan baku, sistem senjata dan elektronik sudah hampir 100% made in Indonesia.


Sebut saja bodi monoque yang sudah dibuat sendiri oleh Pindad, dan sistem radio UHF/VHF yang di buat PT LEN. Beberapa kelebihan lainnya, Panser Pindad dilengkapi peralatan navigasi canggih GPS dan sejumlah layar tampilan multifungsi.
Kokpit dan Kabin juga dapat dengan mudah di ubah-ubah untuk disesuaikan dengan berbagai sistem senjata dan fungsi yang akan digunakan oleh panser APS Anoa, seperti kanon anti serangan udara, panser amfibi (pansam) dan lainnya tergantung keinginan dan kebutuhan pengguna kedepannya.

Sejauh ini, sistem persenjataan panser ditumpukan pada kubah (cupola) disebelah atas kiri, yang mengadopsi SMB 12,7 mm atau pelontar granat 40 mm buatan Pindad lisensi STK Singapura.

Satu hal yang disenangi pasukan, Panser Pindad dilengkapi tiga unit AC blower, yang kebanyakan tidak terdapat pada panser sejenis (Optional). Yang mungkin harus dipikirkan kedepannya adalah menaikan kandungan lokal sampai 100% dengan memproduksi sendiri mesin yang dibutuhkan.

Terakhir, kabar yang menyebutkan sekaligus dengan munculnya prototipe Panser Kanon yang dipersenjatai kubah (CSE 90) yang menjadi rumah dari kanon Cockerill 90 mm Mk III pada pameran 2008, memberi secercah harapan. Semoga Panser Anoa kelak bisa digdaya melapaui Panser sejenis di pasaran dunia.

Panser Anoa diperlihatkan secara resmi kepada publik pada Indo Defence & Aerosace 2008 pada tanggal 19 November hingga 22 November, 2008 setelah diperlihatkan pada parade militer TNI pada 5 Oktober 2008. Pada 30 Agustus 2008, 10 panser telah diproduksi dan akan diproduksi sebanyak 150 buah untuk TNI Angkatan Darat untuk penugasan Anoa pada tahun 2009. 20 Panser ini diserahterimakan ke Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pertahanan, bagian dari kesepakatan dari 150 ke 40 unit saja karena krisis ekonomi. 40 Panser tersebut akirnya dikirim sebagai komitmen PT Pindad untuk memenuhi pesanan total sebanyak 154 Panser. 33 diserahkan kepada Kementrian Pertahanan pada 13 Januari 2010. Pindad telah menerima suntikan dana pinjaman dari Bank Mandiri, Bank BNI 46 dan Bank BRI sebagai bagian dari pembayaran untuk manufaktur Panser-Panser tersebut 






 Anoa 4x4

Semenjak 9 April 2010 13 buah Anoa telah digunakan untuk mengawal misi perdamaian PBB di Lebanon bersama Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL . Anoa 6x6 maupun 4x4 biasa digunakan untuk pengawalan kegiatan-kegiatan penting negara. Pada 15 November 2011 Anoa varian 6x6 yang menggunakan persenjataan Senapan Mesin Berat 7.62 mm digunakan sebagai kendaraan tempur untuk patroli dan penjagaan ring pada acara KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali. ANOA juga dipakai oleh Paspampres untuk pengawalan kunjungan-kunjungan Presiden. Selain kegiatan resmi, ANOA juga dipakai untuk pengamanan car-free day di Bundaran HI.

Spesifikasi :

Pabrik                    : PT. Pindad, Indonesia
Berat Tempur          : 14 ton
Panjang                  : 6 meter
Lebar                     : 2,5 meter
Tinggi                    : 2,9 meter
Kru                        : 3 + 10 personel
Mesin                     : Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi                : Automatic, ZF S6HP502, 6 forward, 1 reverse
Suspensi                 : Independent suspension, torsion bar
Kapasitas BBM         : 200 liter
Jarak Tempuh         : 600 Km
Kecepatan Max        : 90 Km/jam ; 2,2 meter / detik di air 
Senjata                  : 7, 62 mm GPMG / 12, 7 mm M2HB / 40 mm Grenade launcher


Berbagai Varian Panser Anoa

Panser APC

Panser Recovery

 Panser Ambulan


Panser Ampibi
 Panser Comando

Panser Amunisi

Panser Mortir

Panser Anoa Versi Canon 90 mm

Panser Anoa Canon 20 mm






Senjata Serbu Yang Tahan di Segala Cuaca dan Medan

AK-47 SENJATA PEMUSNAH PALING DAHSYAT

Simbol Perlawanan dan Perjuangan


Bisa digunakan oleh siapa saja, tak mudah macet dan gampang dirawat. Kelebihan itulah yang membuat 50 angkatan bersenjata dan tak terhitung kelompok perlawanan, memilih AK 47 sebagai senjata utama bagi para personelnya. Akurasinya memang tidak sebaik M­16, namun sebagai senapan untuk pertempuran jarak dekat kelemahan ini bukanlah perkara serius. Hingga kini kira-kira telah beredar 75 sampai 100 juta pucuk di seantero dunia. Reputasinya yang mendunia dengan sendirinya diikuti catatan buruk bahwa senapan ini juga telah membunuh begitu banyak orang. AK telah menewaskan jutaan orang dan mengakibatkan jutaan lainnya mengungsi. Ini jauh lebih besar dari korban bom atom di Jepang. Tak heran jika kepadanya dise­matkan predikat senjata pemusnah paling dahsyat di dunia. The most devastating weapon in the world

Kisah pertempuran antara (helikopter serang Angkatan Darat AS, AH-64D Longbow, dengan tentara Irak bersenjatakan AK‑47 yang terjadi di Bagh‑ dad pada 23 Maret 2003 adalah kisah pertem­puran tak imbang paling dahsyat yang bisa digunakan untuk menggambarkan kesaktian senapan ini. Dari sini dunia bisa melihat bahwa betapa AS telah menginvestasikan miliaran dollar untuk senjata canggih yang bisa memusnahkan sebuah tempat dari ruang angkasa, AK-47 yang bisa ditebus dengan hanya 15 dollar masih tetap men­jadi senjata pemusnah massal yang paling menakutkan di dunia.




Helikopter serang AH-64 Apache, andalan Angkatan Darat AS untuk serangan darat dan antitank dalam Operasi Iraqi Freedom. Heli ini biasa dilengkapi kanon, roket dan rudal. Dalam kontak senjata di Baghdad, 23 Maret 2003, hell sangar ini toh bisa ditundukkan oleh milisi Irak yang hanya bersenjatakan AK-47.

Pada hari itu, alkisah, AD AS mengerahkan 32 AH-64 versi Longbow dan Apache untuk membuka jalan bagi iring-iringan kendaraan pasukan koalisi yang akan masuk ke dalam kota Baghdad dari arah utara. Ini adalah hari ketiga terhitung setelah AS dan pasukan koalisi memulai serangan ke Irak. Operasi militer untuk menumbangkan kekuasaan Saddam Hussein ini dikenal pula dengan sebutan Operasi Iraqi Freedom.

Helikopter antitank spesialis search and destroy itu sengaja dikerahkan dalam jumlah ban-yak karena situasi ibukota Irak belum sepenuhnya dikuasai. Di sana, dikuatirkan masih banyak bercokol personel Garda Re­publik – pasukan elit pengawal Presiden Saddam Hussein. Mereka kabarnya memiliki senjata antipersonel rudal darat ke darat dan roket ATACMS berhulu ledak born seberat 950 pon.

Tapi apalah artinya senjata­senjata itu dibanding kanon 30 mm milik Apache yang mampu menyemburkan 320 peluru per-detik dan rudal antitank AGM-114 Hellfire yang sanggup menjebol tank? Dengan berbagai persen­jataan mematikan yang ditenteng helikopter-helikopter itu, AD AS kelihatan percaya diri. Apalagi karena helikopter serbu itu terbang tidak sendirian.

Namun, tak lama setelah memasuki kota, wajah pilot-pilot AD AS itu sontak berkerut, khu­susnya setelah melihat sekelebat cahaya dari sebuah sudut jalan. Dua menit kemudian, nyali mere­ka tiba-tiba menciut setelah ribuan peluru menghambur dari berbagai arah ke arah helikopter yang mereka terbangkan. Kedatangan mereka rupanya sudah ditunggu.

Spot cahaya itu ternyata aba-aba serangan. Tidak ada satu sasaran pun yang bisa dibidik secara fokus oleh pilot Apache. Tembakan berasal dari berbagai titik, dari atap-atap gedung, dari gang, dari mana saja. Yang paling mencengangkan peluru-peluru itu bukanlah peluru kanon. Bagi para pilot peluru-peluru itu sangat kecil. Peluru-peluru itu ternyata berasal dari moncong senapan AK. Namun demikian, meski hanya be­rasal dari kaliber 7,62 mm, 31 dari 32 helikopter tempur ini benar-be­nar kerepotan dan mundur karena mengalami kerusakan. Kemana yang satu lagi? Terjangan peluru AK ternyata berhasil membuatnya jatuh. Kedua awaknya lalu menjadi tawanan perang.

Bob Duffney, salah seorang pilot Apache yang ‘mundur’ dari ajang pertempuran itu kemudian bercerita. Seperti dirasakan pilot-pilot Apache lainnya, is menga­takan, model pertempuran yang dihadapi di Irak benar-benar baru sekaligus menyeramkan “Kami ditembaki oleh senapan AK dari segala arah. Saya sendiri mendapat tembakan dari depan, belakang, kiri, kanan Dalam operasi Desert Storm, kami sama sekali tak men­galami perlawanan sehebat ini.”

Hingga saat itu para panglima perang dan prajurit AS tak pernah memandang serius daya bunuh AK. Padahal kejadian segenting ini, pernah dialami prajurit Ranger ketika menggelar operasi penangkapan Jenderal Moham­med Farrah Aidid, 3 Oktober 1993 di Mogadishu, Somalia. Beberapa personel yang ingin menyelamatkan awak udara dari dua heli UH-60 Blackhawk yang jatuh dalam operasi tersebut, pernah dibuat tak berkutik akibat dihujani peluru AK oleh pasukan Aidid. Operasi penangkapan Aidid itu pun berubah menjadi operasi penyelamatan awak udara dan prajurit Ranger yang terjebak di Mogadishu.

AB AS, semasa pemerintahan Bill Clinton, talc akan pernah me­lupakan kegagalan operasi Gothic Serpent. Pasalnya, dalam operasi penangkapan Aidid yang semula dibayangkan sangat mudah itu telah tewas 18 personel AS se­mentara 79 lainnya pulang dalam keadaan terluka. Mereka juga talc akan pernah melupakannya, karena pasukan Aidid sebaliknya berhasil menangkap Mike Durant, satu-satunya pilot Blackhawk yang selamat dalam pertikaian berdarah itu.

Kisah kegagalan operasi penangkapan Mohammed Farrah Aidid dapat disimak dalam film la­yar lebar Black Hawk Down (2001) karya sutradara Ridley Scott. Sama dengan sikap awak AH-64 Apache yang akan masuk kota Baghdad, awak UH-60 juga memasuki kota Mogadishu dengan perasaan jumawa. Pikir mereka, mana mungkin milisi dari negeri miskin mampu menghadapi serombon­gan helikopter bersenjata dan prajurit perkasa AS? Tembakan RPG tanpa dinyana berhasil merontokkan dua Blackhawk dan operasi ini pun berubah menjadi horor bagi pasukan elit AS.

Gothic Serpent dipimpin oleh Brigjen William F. Garri­son, perwira brilian yang dalam catatan reputasinya pernah ikut mendukung operasi penangkapan Pablo Escobar, raja kartel obas bius Colombia pada 1993. Operasi ini didukung 160 personel, 19 pesawat termasuk helicopter komando dan pengendali A/MH-6 Little Bird–, 12 kendaraan angkut personel, serta persenjataan cang­gih lain. Jumlah serta kecanggihan sistem persenjataan rupanya tak bisa memberangus keberingasan pasukan Aidid. Meski kekuatan mereka hanya bertumpu pada AK, Rocket Propelled Granade (RPG), dan kanon konvensional.


Andalan Perang Asimetrik

Bagi AS, pertempuran di Mogadishu merupakan pertem­puran dalam kota paling dramatik. Untuk mengantisipasi pertem­puran sejenis, Marinir AS kemu­dian berinisiatif menggelar Urban Warrior Program. Program ini didedikasikan agar setiap prajurit mampu menghadapi lawan yang hanya berbekal AK. Pimpinan Marinir AS sempat menyatakan, AK tak bisa disepelekan karena se napan ini masih akan jadi andalan untuk konflik masa depan.


Para pejuang Mujahidin dari Distrik Achin, Afghanistan, tengah berkumpul dengan AK-47 di tangan. Bersama pasukan koalisi, mereka tengah merencanakan untuk melawan Taliban (atas).

Bagi Angkatan Bersenjata AS, pertempuran Mogadishu dan Baghdad adalah indikator betapa perang masa depan masih akan di­warnai pertempuran – pertempuran asimetrik Pertempuran asimetrik adalah pertempuran antara dua kekuatan yang berbeda dengan persenjataan berbeda, dan dengan doktrin yang berbeda pula. Dalam pertempuran jenis ini, kemenan­gan belum tentu berpihak pada kekuatan dengan persenjataan yang lebih hebat Kekuatan yang lebih kecil bisa memberi pukulan telak karena cenderung mengenal medan dan berani melancarkan taktik perang gerilya.


Tentara Uni Soviet di Afghanistan. Mereka menggunakan AK-74.

Namun demikian, apa yang dipikirkan AB AS ternyata tak selalu sejalan dengan apa yang dipikirkan pars politisi. Larry Kahaner, wartawan Business Week yang kini terkenal namanya lewat buku AK-47: The Weapon that Changed the Face of War (2008) menegaskan hal itu. Katanya, me-ski berbagai konflik di dunia telah menguatkan kenyataan bahwa jumlah AK telah menggunung dan telah merembes ke berbagai negara dunia ketiga, kaum politisi di berbagai negara maju tetap sulit memahami, bahwa ada kekuatan tersembunyi di balik senjata seder­hana macam AK. Terlebih jika se­napan ini ada di tangan sekawanan pasukan yang brutal.

Lebih jauh Kahaner mengung­kap, sayangnya, kaum politisi me­mang kerap memandang remeh daya rusak senapan yang satu ini. Padahal, jika mereka mau melihat keadaan sebenarnya di berbagai daerah konflik Afrika, Asia, dan Amerika Selatan, senapan ini telah merusak segalanya. Tiap tahun, katakan saja begitu, peluru AK telah mencabut nyawa seperempat juta orang dan bilcin menderita keluarga yang ditinggalkan.

Sebagian korban adalah milisi anggota kelompok perlawanan. Ironisnya, kematian yang mereka hadapi hanyalah kesia-siaan karena mereka tak pernah benar­benar mendapat imbalan yang telah dijanjikan. Sudah menjadi pemakluman tersendiri bahwa milisi yang tewas di medan per­tikaian seperti di Somalia, Sudan, Sierra Leone, Jalur Gaza, Afghani­stan, serta Nikaragua, Kolumbia, Peru, dan negara-negara Amerika Selatan lainnya, hanyalah korban dari kesewenangan pimpinannya Hanya pimpinan kelompoklah yang sesungguhnya mendapat untung.

UNICEF juga punya penila­ian serupa. Kematian jutaan anak akibat small-arm benar-benar bikin miris. Menurut mereka, sejak 1990, lebih dari dua juta anak terbunuh, enam juta lainnya mengalami cidera serius, dan lebih dari 22 juta telah kehilangan tempat tinggal. Selain disebabkan oleh penyalahgunaan small-arm, bencana juga ditimbulkan oleh pe­makaian light weapon. (Carol Bellamy, Direktur Eksekutif UNICEF, dalam pamflet No Gun Please: We Are Children, 2001).

“Tiap tahun paling tidak ratusan ribu orang meninggal sia­sia akibat senjata-senjata ini dan jutaan lainnya terluka,” tambah Bellany. UNICEF tak hanya menuduh AK. Small arm menurut batasan mereka, adalah segala jenis senjata api yang pemakaiannya dirancang untuk perorangan. Masuk dalam kategori ini adalah pistol, senapan serbu, sub-machine gun, carbine, dan senapan mesin ringan. Semen­tara untuk kategori light weapon, mereka menyebut: senapan mesin berat, kanon dan rudal anti pesawat portabel, mortir, roket dan rudal antitank. Light weapon dioperasikan oleh lebih dari satu orang.


Bertahun-tahun Unicef melancarkan kecaman terhadap pihak-pihak di berbagai negara dunia ketiga yang menyalahgunakan small-arm. Penyalahgunaan small-arm dinilai telah mengakibatkan jutaan orang dan anak-anak terbunuh sia-sia, dan menciptakan penderitaan yang tak berkesudahan.

Bagaimana AK bisa men­gakibatkan semua itu terjadi, tak seorang pun bisa menjawab dalam satu jawaban. Bahkan sang pencipta sekalipun, yakni Mikhail Timofeevich Kalashnikov, hanya bisa angkat bahu. Ia menampik semua penilaian buruk itu dengan menyatakan bahwa dirinya hanya sekadar merancang dan membuat. Senjata ini dianggapnya telah ber­jalan dan menentukan nasibnya sendiri Inilah yang kemudian menjadi kisah yang tak berkesu­dahan (never ending story) dari sang senapan. Talc seorang pun bisa mengekang bahwa senjata rancangan zaman Perang Dunia II ini masih akan bertahan hingga perang masa depan.

Kepada Joel Roberts, wartawan CBSNews, Kalashnikov men­egaskan dirinya hanya sekadar pencipta. Bahwa, ciptaannya itu kini menjadi mesin pembunuh paling dahsyat, is bukan lagi um­sannya. “Saya akan tetap merasa tak bersalah, dan akan tetap bisa tidur nyenyak. Sebab, saya mer­ancang senjata ini murni untuk mempertahankan negeri saya dari serangan Jerman,” ujarnya.

“Semua tuduhan itu seharusnya bukan untuk saya. Percayalah, saya bahkan tak menerima secuil pun royalti darinya. Kesalahan ada pada para politisi yang pintar memutar­balikkan fakta dan menarik keun­tungan dari semua pertikaian yang mereka ciptakan,” tambah mantan supir tank AD Rusia yang kini masih hidup dalam usia 91 tahun.

Perang Dunia II sendiri tak serta-merta mencuatkan profil AK. Senapan ini masih meniti perjalanannya dan menjalani sejumlah penyermpurnaan. Nama AK baru benar-benar bersinar setelah menjadi lawan tanding M­14 dan M-16 dalam kancah Perang Vietnam. Dalam perang inilah AK 47 terbukti battle proven. Banyak prajurit AS bahkan mengaku lebih menyukai AK ketimbang M-16 yang katanya kerap macet dan mengalami kerusakan. AK 47 yang waktu itu menjadi andalan tentara Vietnam Utara dan Vietkong, diakui superior dan tepat untuk pertempuran jarak pendek. Bagi para GI, justru senapan seperti ini­lah yang mereka perlukan dalam pertempuran di Vietnam.

Namun, kala itu nama AK belum sepenuhnya mendunia. Namanya baru benar-benar mend­unia setelah tentara Uni Soviet menenteng senapan ini masuk ke Afghanistan pada 1979. Dalam upaya menguasai negeri yang me­narik perhatian karena cadangan gas dan opium kulaitas tingginya itu, Uni Soviet membawa AK dari jenis baru, yakni AK 74. Diband­ing AK 47, peluru AK 74 jauh lebih mematikan. Ukuran kalibernya lebih kecil. Jika AK 47 standar menggunakan peluru kaliber 7,62 mm, AK 74 menggunakan peluru 5,45 x 39 mm.

Akan tetapi, bukan ukuran yang membuatnya mematikan. Yang membuatnya mematikan adalah kecepatannya yang jauh lebih tinggi serta konstruksi proyektilnya yang mudah hancur ketika menembus tubuh. Itu karena kulit proyektilnya yang sangat tipis sementara di dalamnya berongga. Ketika proyektil masuk ke dalam tubuh, proyektil akan segera pecah menjadi butiran-butiran kecil dan menyebar. Hal ini lah yang akan mengakibatkan luka lebih lebar dari biasanya dan sulit ditangani.

Selama bertahun-tahun, peluru AK 74 menghantui para Mujahi­din yang menjadi seteru tentara Uni Soviet. Setiap kali mereka menyerbu desa-desa, senapan yang diberondongkan tentara Soviet itu pasti menelan banyak korban. Talc sedikit rumah sakit yang menyerah menangani luka akibat tembakan senapan ini. Sedemikian frustas­inya para Mujahidin menghadapi senapan tersebut, mereka lalu menyebut peluru AK 74 sebagai peluru beracun.


AK 47 di tangan anak-anak dan wanita. Kemudahan dalam menggunakannya membuat senapan ini menjadi andalan tentara anak-anak di Afrika dan Amerika Selatan. Unicef menentang habisan-habisan organisasi perlawanan yang telah melibatkan anak-anak sebagai satuan pembunuh. Di Iran, Irak, dan Pakistan.

Jangankan para Mujahidin, in­telijen Barat pun mengaku jeri dan harus bekerja keras untuk meng­etahui secara persis jenis senapan tersebut. Informasi cukup lengkap baru muncul setelah koresponden majalah Soldier of Fortune membe­berkannya pada majalah ini sekitar tahun 1980. Dari semua data yang mereka peroleh, intelijen Barat barulah menyadari bahwa peluru yang amat ditakuti itu rupanya berasal dari AK tipe baru, yakni AK 74. Senapan ini adalah hasil penyempurnaan AK 47.


Wanita bahkan juga "menyukai" senapan ini.

Prakarsa untuk memperkecil kaliber peluru rupanya datang dari TsNIITochmash, sebuah kelom­pok enjinir persenjataan di Uni Soviet. Mereka mengerjakannya pada dasawarsa 1960-an setelah mengikuti rekam jejak peluru 5,56 mm M-16. Namun oleh karena ketidaksempurnaan mekanis sena­pan, peluru tersebut ditinggalkan Oleh kelompok enjinir lain, peluru itu diambil kembali lalu dijadikan standar cartridge untuk AK 74.

Bukan rahasia lagi, jika intelijen Barat – khususnya CIA – kerap keluar masuk Afghanistan. Mereka ini adalah kepanjangan tangan pemerintahan masing-masing yang pada kenyataannya juga punya banyak kepentingan di negeri ini. AS, misalnya, diketahui kerap memberikan bantuan uang dan senjata untuk para Mujahidin karena sama-sama punya perha­tian besar pada gas, minyak, dan opium Afghanistan. Kemunculan AK 47 di medan pertempuran nyatanya cukup bikin repot CIA, karena dengan sendirinya para Mujahidin berharap AS memberi dukungan senjata yang sekelas. Senapan kir­iman pertama mereka, yakni .303 Lee Enfield dianggap tak memadai karena single shot dan bolt action. Terlalu riskan untuk menandingi AK 74 yang bisa memuntahkan 650 peluru dalam semenit. Kunci satu-satunya untuk menandingi senapan ini adalah senapan serbu sejenis. Selain dibuat di dalam neg­eri (Uni Soviet), AK 74 juga dibuat di China, Bulgaria, Jerman Timur dan Romania. CIA pun memburu senapan ini.

Disukai Pemasok Senjata


Ternyata tak sulit untuk men­dapatkan AK di pasaran umum. Kuncinya hanya satu, yakni uang dan mau mendekati pemasok sen­jata Dalam sekejap, Howard Hart, Kepala Kantor CIA di Pakistan, pun berhasil memesan ratusan ribu AK. Bukan AK 74, tapi AK 47. Senjata ini tidak didatangkan dari Soviet, tapi dari China dan Polandia. Mesir dan Turki juga ketahuan ikut memasok.


AK-47 & Bayonet

Presiden AS Ronald Reagan menggelontorkan uang hingga 200 juta dollar, sementara keluarga Raja Arab Saudia bersedia melipatgandakannya menjadi 400 juta dollar. Uang itu lah yang dibe­lanjakan CIA untuk membantu persenjataan Mujahidin. Sejumlah sumber mengatakan, pasokan senjata yang dikelola CIA untuk wilayah Afghanistan pada 1988 itu dikenal sebagai yang ter­besar sejak Perang Vietnam. Dinas Intelijen AS ini total menyalurkan dana (yang diterima dari berbagai donatur) hingga dua miliar dollar. Senjata biasanya di-drop terlebih dulu ke Islamabad atau Karachi. Dari situ senjata kemudian dipecah ke dua kota, yakni Quetta dan Peshawar, sebelum akhirnya dikirim ke Afghanistan.

Akibat dari perkembangan ini, para pemasok senjata pun kerap berkeliaran di Islamabad, Karachi, serta beberapa kota lain, dan menjadikan kota-kota itu sebagai pusat perdagangan senjata di Asia. Perkembangan ini membuat Pakistan tak hanya disinggahi para Mujahidin. Para penjahat, geng­geng kriminal, pedagang obat bius, dan tokoh-tokoh masyarakat yang ingin ikut menikmati kekayaan alam Afghanistan pun tak ayal juga kepincut untuk melawat. Otoritas setempat tak pernah benar-benar melarang mereka, karena para pe­masok senjata tahu benar apa yang harus diberikan kepada oknum Dinas Intelijen Pakistan.

Alhasil, tak perlu menunggu waktu lama untuk membuat AK populer di Pakistan, Afghanistan dan negara-negara di sekitarnya. Hanya dalam beberapa tahun, koran Los Angeles Times bahkan sudah menggambarkan Pakistan bak Wild West — julukan untuk Amerika di masa koboi. “Jika Anda ingin Kalashnikov, datang saja ke Hyderabad. Di sana ada sekitar 8.000 AK, dan Anda bisa dapatkan dengan harga 15.000 rupee atau sekitar 850 dollar. Jika uang tidak cukup, beri saja panjer 5.000 rupee. Gunakan untuk mer­ampok bank, lalu bayar sisanya dengan uang hasil rampokan,” begitu gurauan yang ditulis LAT.

“Di Peshawar, Anda bahkan bisa menyewa AK jam-jaman kepada warga setempat,” tulis kritikus yang lain, menggambar­kan Pakistan yang telah berubah menjadi salah satu kota terpanas di dunia.

Di luar Asia sebenarnya ada kota-kota lain yang juga disukai para pemasok senjata. Kota-kota itu ada di Liberia, Burkina Faso, Guinea, dan Pantai Gading di Afrika. Mereka juga menyukai beberapa tempat seperti Lebanon, Israel, Panama, Nicaragua dan Co­lombia. Negara-negara ini disukai oleh karena potensi konflik yang memang begitu tinggi. Namun demikian, di antara negara-negara itu, banyak pihak menyatakan, tak ada yang hampir menyamai Pakistan kecuali Nicaragua.

Nicaragua, pada dasawarsa 1980-an, juga merupakan surga lain bagi para pemasok senjata. Di negara ini puluhan ribu AK digu­nakan dan mengalir ke negara­negara lain di Amerika Selatan. Lewat cara-cara yang unik, yang mana di dalamnya CIA juga terli­bat, senapan juga dikirim ke Peru, El Salvador, Panama, Honduras, dan Venezuela. Jika disimak lebih lanjut, ada beberapa kesamaan yang membuat AK mengalir deras ke Amerika Selatan. Kesamaan itu adalah stabilitas pemerintahan yang rapuh dan maraknya perda­gangan obat bius.

Nicaragua sendiri tak banyak berperan dalam perdagangan obat bius. Namun, karena posisinya yang sangat strategis, yakni ada di tengah-tengah negara penghasil kokain, negeri ini enak dijadikan pijakan bagi para pemasok senjata. Terlebih karena CIA pernah mem­berikan bantuan senjata dalam jumlah besar bagi para pejuang Contra – organisasi perlawa­nanan yang berseberangan dengan pemerintahan Sandinista yang berkuasa saat itu.

Kisah keterlibatan CIA di Nicaragua sendiri mencuri per­hatian dunia setelah Kongres AS dan Komisi Tower menyingkap Skandal Iran-Contra pada 1986. Dalam skandal yang dikendalikan Letkol Oliver L. North dari Dewan Keamanan Nasional itu, AS men­jual senjata antitank kepada Iran, sementara keuntungan dari hasil penjualan dibelikan senjata ringan (sebagian besar adalah AK) untuk mendukung perjuangan Contra. Kasus ini dinyatakan sebagai skandal karena proses penjualan senjata kepada Iran telah mencid­erai seruan embargo yang dinya­takan sendiri oleh Pemerintah AS, dan Presiden Ronald Reagan akhirnya mengaku mengetahui dan menyetujui transaksi ini.

Misi rahasia dukungan persenjataan kepada Contra mulai tercium setelah tentara Nicaragua menembak jatuh pesawat asing ketika melintas di atas kota San Carlos pada 1986. Pesawat kargo C-123 warna kamuflase Vietnam ini ternyata bermuatan AK, 100.000 amunisi, RPG dan logistik. Dua awaknya tewas, sementara se­orang lagi, yakni Eugene Hasenfus, selamat. Lewat interogasi, Hasen­fus akhirnya mengaku bahwa barang-barang itu adalah kiriman CIA untuk Contra.


Cerita Kopassus dengan Senjata AK 47 



Mikhail Kalashnikov, desainer senjata untuk Uni Soviet yang namanya diabadikan sebagai nama senjata api paling populer di dunia AK-47 kemarin meninggal di usia 94 tahun.
 


Senapan AK-47 (Avtomat Kalashnikov 1947) telah disukai oleh para gerilyawan, teroris, dan tentara di banyak negara. Diperkirakan seratus juta senjata ciptaannya telah tersebar di seluruh dunia.

Senjata ini sempat jadi senapan serbu tentara Indonesia. Hubungan mesra antara Indonesia dan Uni Soviet membuat ribuan pucuk senjata AK-47 mengalir ke Indonesia tahun 1960an.

Saat itu hanya pasukan elite yang dapat jatah AK-47. Komando Pasukan Khusus yang dulu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), salah satunya.

Namanya senjata dari Blok Timur sana, tentu semua petunjuk di badan senjata tertulis dalam bahasa Rusia. AK-47 punya dua mode tembakan, otomatis untuk memberondong peluru. Satu lagi mode tembakan semi otomatis.


Pada senapan AK-47 jika posisi kunci diturunkan satu 'click' ke bawah, terdapat tulisan OB untuk tembakan otomatis. Jika diturunkan satu 'click' lagi ke bawah ada tulisan OA untuk tembakan semi otomatis.

Nah, biar gampang mengingatnya, anggota Korps Baret Merah yang berasal dari Jawa menggunakan istilah sendiri. Singkatan dalam bahasa Rusia diterjemahkan dalam Bahasa Jawa.

Maka singkatan 'OB' diterjemahkan menjadi 'okeh banget' atau banyak sekali untuk mode tembakan otomatis. Sementara 'OA' diterjemahkan menjadi 'ora akeh', atau tidak banyak untuk tembakan semi otomatis.

 

Para prajurit pun tak pusing lagi menghapal mode tembakan senjata berpopor kayu itu. Hal ini jadi humor di antara mereka.
Demikian dikisahkan dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando yang ditulis wartawan perang Hendro Subroto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2009.

Seorang pensiunan bintara RPKAD, Maman, mengenang senjata ini memang bisa diandalkan. AK-47 dikenal bandel dan jarang macet.

"Dari Trikora, lalu Dwikora, penumpasan G30S, itu RPKAD pakai AK-47. Mudah dipakai, mudah dibersihkan dan dirawat. Dipakai berenang di laut atau masuk lumpur juga tidak masalah," katanya.

Hal ini sesuai dengan harapan sang pencipta AK-47 Mikhail Kalashnikov.

"Para tentara bukanlah lulusan universitas. Mereka perlu senjata yang sederhana dan bisa diandalkan. Mereka tidak punya waktu untuk mencari tahu bagaimana mengoperasikan senjata yang rumit dan memencet banyak tombol saat musuh mendekat," kata dia saat diwawancarai CNN beberapa tahun lalu.