CVH Hyuga DDH-181
Nama: CVH Hyuga DDH-181
Klasifikasi: Helicopter Carrier/Navy Destroyer
Kelas Kapal: Hyuga-class
Negara Asal: Jepang
Operator: Jepang
Kapal Sekelas: CVH Hyuga (DDH-181); CVH Ise (DDH-182)
Jepang adalah negara dengan pulau sebanyak 6.852 yang terletak di
Lautan Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dengan laut Okhotsk di sebelah
utara dan Laut Cina Timur di sebelah selatan. Negara tetangganya adalah Cina
dan Korea Utara, keduanya mempunyai armada kapal selam besar yang dapat menjadi
ancaman jalur perkapalan impor yang mendukung perekonomian Jepang. Ketegangan
dengan Rusia mengenai beberapa pulau di bagian utara juga menjadi catatan.
Tidak seperti AS, Japan Maritime Self Defense Force (JMSDF) tidak melihat
adanya kebutuhan untuk memproyeksikan kekuatan lautnya ke seluruh dunia
menggunakan Kapal Induk besar. Tetapi, AL Jepang membutuhkan pertahanan ASW
(Anti-Submarine Warfare) dan dukungan penyelamatan di sekitar perairan
lokalnya. Dengan demikian mereka membangun kapal tipe-destroyer escort besar
dengan dek atas-flat dengan penampilan seperti Kapal Induk. Kapal ini dikenal
dengan nama Hyuga dan merupakan lead ship dari kelas Hyuga. Konstruksinya
dimulai di IHI Marine United Shipyard, Yokohama, pada 2002 dan secara resmi
dioperasikan mulai 18 Maret 2009.
Dikenal sebelumnya sebagai CVH Hyuga DDH-181, kapal ini dapat
mensuport hingga 11 helikopter naval dan (beberapa sumber menyatakan) hingga 22
pesawat tipe “jump jet” (VTOL) seperti pesawat JSF Lockheed F-35 Lightning II.
Dia memiliki dek pendaratan “flush” dan island superstructure di bagian kanan
yang membuatnya mirip dengan kapal induk konvensional. Airwing standarnya
terdiri dari tiga helikopter Mitsubishi SH-60K (berdasar dari Sikorsky S-70 Amerika
dan diproduksi secara lokal oleh Mitsubishi dengan sistem avionik dan peralatan
milik Jepang yang dispesialisasikan untuk fungsi SAR. Sebagai tambahan, kapal
ini membawa satu helikopter Anti-Submarine Warfare (ASW) AgustaWestland
MCH-101. Ketika bermuatan penuh, Hyuga mempunyai berat total 18.000 ton atau
lebih dan dapat membuat kecepatan 30 knot lebih.Kecepatan maksimumnya didapat
dari sistem propulsi turbin COmbined Gas turbine And Gas (COGAG) untuk kapal,
menggunakan dua turbin gas yang terhubung ke propeler shaft tunggal. Gearbox
dan cluthes membuat salah satu turbin gas manapun untuk menggerakan shaft,
ataupun keduanya sekaligus. Efisiensi bahan bakar diperoleh ketika sistem
turbin yang lebih kecil mendekati setting maksimum.
Selain kualitasnya yang seperti kapal induk, set persenjataannya Hyuga
membuatnya dapat dikategorikan sebagai kapal escort destroyer. Persenjataannya
terdiri dari 16 x RIM-162 "Evolved Sea Sparrow Missiles" (ESSM) yang
digunakan untuk melindungi kapal dari ancaman misil inbound atau dari pesawat
musuh. Mesin ESSM lebih powerful juka dibandingkan misil Sea Sparrow original
dan dapat diload dalam penyimpanan misil onboard dan sistem penembakan Mk 41
VLS (Vertical Launch System). 4 x ESSM dibawa dalam empat dari 16 sel x Mk 41 VLS.
Kapal juga membawa 12 x RUM-139 VL-ASROC, misil anti-kapal selam yang
diproduksi oleh Lockheed Martin dan dapat ditembakkan pada sel yang tersisa
milik Mk 41 VLS. Ancaman ASW tambahan ditangani dengan 2 x tabung torpedo 324mm
triple yang menembakan torpedo “Hunter-Killer” terhadap kapal selam yang sedang
menyelam. Sebagai perlindungan jarak-dekat dari misil inbound dan pesawat,
kapal dipersenjatai juga dengan 20mm Phalanx CIWS (Close-In Weapon System) yang
dikendalikan komputer. Kecepatan penembakan untuk kanon bertipe Gatling
berkisar antara 3000 hingga 4500 tembakan per menit. Senjata untuk pertahanan
anti-personal dan senjata anti-pesawat dengan jarak sangat dekat adalah senapan
mesin berat 12,7mm.
Sistem sensor on board dikontrol dan diproses oleh Advanced Technology
Command System (ATECS). Sistem tempurnya diarahkan oleh unit canggih OYQ-10 .
Untuk misil dan pesawat inbound dikontrol oleh sistem FCS-3 AAW, sebuah versi
kecil dari set radar phased array "Aegis" milik Amerika. Ancaman kapal
selam dikover oleh sensor OQQ-21 ASW dan pengeblokan electronic warfare
ditangani oleh NOLQ-3C EW. Untuk menscan misil yang terbang rendah digunakan
radar OPS-20C.
Hyuga dan kapal sekelasnya dibuat sebagai flagship untuk semua operasi
penyelamatan atau pertempuran mengapung JMSDF, seperti pada musibah nuklir
Fukushima setelah Tsunami Maret 2011. Musibah nuklir yang dianggap terbesar
setelah Chernobyl. Baik Hyuga maupun Ise (yang diresmikan pada 16 maret 2011)
dikirimkan ke lokasi bencana untuk operasi penyelamatan.
Upper View Hyuga (dari: http://www.globalsecurity.org)
Spesifikasi CVH Hyuga DDH-181
Dimensi:
Panjang: 646 kaki (196.90m)
Beam: 108 kaki (32.92m)
Draught: 23 kaki (7.01m)
Performa:
Kecepatan Permukaan: 32kts (37mph)
Persenjataan:
16 x Mk 41 Vertical Launch Systems (VLS)
16 x ESSM (Evolved Sea Sparrow Missile)
12 x RUM-139 VL ASROC Anti-Submarine Missile
2 x 20mm Phalanx CIWS (Close-in Weapon System)
2 x 324mm torpedo tubes
4 x 12.7mm heavy machine guns
Struktur:
Awak: 350
Berat Permukaan: 14,000 ton
Mesin:
Mesin: 2 x turbin gas COGAG yang terhubung dengan gear untuk 1 x shaft
yang menghasilkan 100,000 shaft horsepower terkombinasi.
Air Arm:
Hingga 11 helicopter; standar air wingnya terdiri dari 3 x helikopter
Mitsubishi SH-60K dan 1 x helikopter AgustaWestland MCH-101 ASW.
No comments:
Post a Comment