Sunday, January 3, 2016

MANFAAT SEDEKAH




Definisi Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).

Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya:

''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).

Hadis yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya.

Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.

Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya;

''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran : 92).

Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti:

''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah : 264).


Manfaat Sedekah

Manfaat Sedekah

Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.

SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”

“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.

Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.

“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”

“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”

Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.

Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.

Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.

Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.

Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “.

Sedekah & Perpuluhan (Mat 6:1-4) 

1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yg di sorga. 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yg dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yg diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yg melihat yg tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Pertanyaan:
1. Apakah anda percaya bahwa Allah mengasihimu?
2. Apakah anda percaya bahwa anda mengasihi Tuhan?

Yang dimaksudkan dengan kewajiban agama dalam pasal 6 ini ada tiga hal, yaitu sedekah, berdoa dan berpuasa. Di dalam bahasa Indonesia sedekah memiliki 2 arti. Pertama memberikan makanan, pakaian atau uang kepada fakir miskin. Kedua, berarti memberikan sesaji kepada berhala atau altar orang yg sudah meninggal. Sedangkan arti sedekah dalam bahasa aslinya berarti kemurahan hati untuk menolong para fakir miskin (Bandingkan Mat 5:16 dengan Mat 6:1-4).

Apakah Mat 5:16 berkontradiksi dengan Mat 6:1-4? Mat 5:16 ditujukan untuk orang Kristen yg malu menampakkan jati diri kekristenan kepada dunia. Sehingga orang-orang Kristen ini adalah orang Kristen yg "melempem", yg tidak mau berfungsi/berperan bagi dunia untuk menyaksikan Kasih Kristus. Tetapi Mat 6:1-4 ditujukan kepada orang Kristen yg suka memamerkan "kebaikan" dirinya sehingga disebut orang munafik!

Mengapa sedekah?
Alasannya Mat 25:35-40 bahwa apapun yg kita lakukan untuk salah seorang yg hina sekalipun kita telah melakukannya seperti untuk Tuhan. Sedekah bagi umat muslim adalah zakat fitrah. Tetapi bagi orang Kristen kewajiban agama ini sepertinya kurang dijalani.

Motivasi sedekah?
Ada beberapa alasan mengapa orang melakukan sedekah:
  1. Sebagai pahala untuk menebus dosa supaya Tuhan mengampuni segala dosa dan kesalahannya di masa lalu. Jadi dengan berbuat baik dipikir-pikir bisa menebus segala kesalahannya.
  2. Supaya dapat nama besar karena ingin dipuji (Bandingkan Markus 12:41-44)
  3. Karena kasih yg dilakukan baik oleh orang-orang Kristen ataupun non-Kristen yg memiliki hati nurani yg tulus untuk menolong sesama.
  4. Untuk menyenangkan hati Tuhan (Mat 25:35-40)

Kesimpulan: 
Apakah orang Kristen harus sedekah?

Jawabannya ya karena kita mengasihi Tuhan dan sesama seperti hukum yg terutama dalam kitab taurat (Mat 22:34-40).

 Perpuluhan : berarti persepuluh.
  • Dalam perjanjian lama, Abraham melakukannya sebagai tanda syukur (Kejadian 14:20)
  • Perpuluhan merupakan janji umat Israel kepada Tuhan dengan memberikan hasil bumi atau ternak peliharaan mereka (Imamat 27:30-33).
  • Apabila ingin mengganti persepuluhan dengan uang haruslah senilai sepersepuluh ditambah seperlima dari hasil perpuluhan itu (Imamat 27:31).
  • Bani Lewi adalah suku yg dikhususkan untuk menjadi imam-imam yg melayani kemah pertemuan karena itu bani lewi tidak diijinkan memiliki harta, tanah atau penghasilan. Karena itu perpuluhan diberikan kepada bani Lewi untuk membalas pelayanan mereka di dalam kemah Pertemuan perpuluhan (Bilangan 18:21)
  • Allah mengundang segenap kaum Israel untuk menikmati perpuluhan di hadapanNYA di mana perpuluhan itu boleh dimakan oleh umat Israel (Ulangan 14:22-28).

Jadi di sini kalau dilihat sebenarnya jumlah yg diberikan tidak benar-benar sepersepuluh dari hasil pendapatan kaum Israel karena mereka juga boleh menikmati perpuluhan mereka. Kalau kita berpikir dengan cermat sebenarnya perpuluhan diperintahkan Allah untuk mengajar Israel supaya mereka mengingat selalu bahwa semua yg mereka miliki berasal dari Tuhan. Perpuluhan diajarkan supaya mereka mengingat bahwa hidup yg mereka miliki adalah suatu kepercayaan yg diberikan Allah atas mereka. Karena itu dengan perpuluhan hendaklah mereka gunakan untuk memuliakan Tuhan, untuk hamba-hamba Tuhan yg melayani dan untuk kenikmatan segenap Israel sendiri.

Kalau begitu apakah kita harus tetap memberikan perpuluhan? 2 Korintus 8:1-9 mengajarkan kita bahwa bagi setiap orang yg telah mengenal kasih Tuhan seharusnya kaya akan kemurahan hati. Ada beberapa alasan mengapa kita harus memberi:
1. Menurut 2 Kor 8:5; jemaat Tuhan memberi diri mereka kepada Allah kemudian oleh karena kehendak Allah mereka memberikan diri mereka kepada orang-orang kudus. Karena kasih Allah, jemaat Tuhan sadar bahwa karena mereka milik Tuhan, mereka juga seharusnya memperhatikan kebutuhan dari sesama saudara yg juga menjadi milik Tuhan.
2. 2 Korintus 9:6-8 mengatakan; hendaklah kita memberi menurut kerelaan hati kita.
3. Selain alasan-alasan di atas kita memberi bukan hanya untuk memuliakan Tuhan tetapi juga untuk kesaksian Injil, untuk meneguhkan iman bahwa sungguh Allah hadir di tengah-tengah kita (2 Kor 9; 11-13)

Pertanyaannya sekarang berapa banyak yg harus kita berikan?
Masalahnya kita sering ditakut-takuti dengan banyak hamba Tuhan untuk memberikan perpuluhan kalau tidak kita akan kena kutuk (Malaeki 3:10). Berkat Tuhan tidak akan turun atas mereka yg tidak memberikan perpuluhan. Kita juga tahu bahwa Perjanjian Baru tidak menyinggung perpuluhan, tetapi sebagai anak Tuhan kita diajar untuk memberi. Kalau kita memang tidak tahu berapa banyak yg harus kita berikan kepada Tuhan, sepersepuluh merupakan jumlah yg baik. Kalau pendapatan kita memang berlebih dan kita merasa sepersepuluh masih kurang kita dapat memberikan lebih dari sepersepuluh dari pendapatan kita. Sebagai satu nasihat dalam memberi. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk memberi menurut kerelaan hati kita.

Yang dimaksud hati bukan hanya perasaan tetapi juga akal budi. Sebaiknya memberi dilakukan secara konsisten dan terencana bukan berdasarkan dorongan hati sesaat. Kalau kita senang kita memberi banyak, kalau lagi kesal memberi sedikit. Sebaiknya kita merencanakan berapa banyak kita mau memberikan pendapatan kita kepada Tuhan. Kalau kita percaya kita mengasihi Tuhan, tidak ada lagi keraguan untuk memberi.

MENGAPA KITA HARUS BERDANA DAN APA MANFAATNYA ?

Dalam ajaran Buddha Dhamma, Dana merupakan dasar dari segala perbuatan baik. Dana adalah langkah pertama dalam urutan cara-cara berbuat baik ( Kusala Kamma ). Di dalam Dasa Punna Kiriya Vatthu ( sepuluh cara berbuat jasa ), Dana adalah yang pertama. Demikian juga didalam Dasa Paramita ( Sepuluh Kesempurnaan ).

Namun didalam kehidupan sehari-hari seing timbul pengertian yang salah tentang berdana. Dana biasanya diterjemahkan sebagai pemberian sedekah. Pemberian sedekah mengingatkan kita kepada pemberian hadiah kepada orang-orang miskin, atau kepada mereka yang berada dilingkungan yang tidak menguntungkan. Akan tetapi dalam pengertian Buddha Dhamma, Dana menpunyai arti yang lebih luas dan mencakup semua bentuk pemberian sedekah, baik kepada si miskin ataupun si kaya.

Mungkin kita berpikir bahwa berdana adalah memberikan sebagian harta kita secara mubazir kepada pihak lain. Dengan susah payah, sedikit demi sedikit harta kekayaan dikumpulkan, karena itu harus dimanfaatkan sendiri bersama keluarga. Prinsip keegoisan ini lama-kelamaan membentuk bathin menjadi kikir dan serakah, bersifat mementingkan sendiri, tidak perdili dengan penderitaan orang dan menjadi sangat melekat terhadap benda-benda materi.

Bagi umat awam yang sudah menpunyai kekayaan, selalu dihinggapi perasaan serakah, mengingnkan hartanya terus bertambah, dan dihinggapi perasaan takut sepanjang waktu akan kehilangan harta bendanya. Ia selalu mencemaskan usaha dan karirnya, serta tidak pernah percaya pada orang lain, ia merisaukan kematiannya dan bagaimana agar hartanya dapat dipergunakan dengan baik.

Sebaliknya jika miskin, ia menderita karena merasa tidak cukup memiliki, selalu merindukan harta kekayaan, dan dengan segala cara menempuh segala cara ingin memperkaya diri, ia korupsi mengambil barang milik orang lain secara tidak sah, setiap malam ia berpikir bagaimana agar besok ia bias berubah menjadi kaya.
Apakah orang yang kekurangan, apabila telah tercapai keinginannya untuk menpunyai harta, akan puas dengan apa yang diperolehnya ? Sebaliknya dari bersyukur kepada Tuhan ( )/Dewa-dewi, ia malah semakin serakah dan lupa akan penderitaannya dulu ( dan tercipta penderitaan baru ).

Sifat-sifat diatas membawa penderitaan yang sangat bagi dirinya. Ia tidak dapat tidur dengan baik, cemas, takut, pikirannya diliputi hal-hal yang kotor apabila berhadapan dengan kematian, maka pikirannya tidak akan rela meninggalkan badan jasmaninya yang telah kaku ( kemelekatan ).?

Berikut adalah sebuah kisah yang menggambarkan penderitaan karena kemelekatan :
Hartawan yang Serakah
Pada suatu hari, hartawan yang serakah dan pembantunya pergi ke hutan berburu, mereka melihat seekor harimau, pembantunya menasehati hartawan : “Tuanku, harimau ini sangat gagah dan kuat, ini adalah seekor harimau yang ganas, cepat kita pergi dari tempat ini!”

Hartawan sambil tertawa dengan angkuh melihat ke arah harimau dan berkata :”Wah, harimau ini sungguh cantik dan gagah, kulitnya yang begitu cantik tentu akan sangat berharga, kalian cepat pergi menangkapnya hidup-hidup.”

Para pembantu mendengar perkataannya langsung ketakutan, seekor harimau yang sangat ganas, jika tidak memakai panah memanahnya, menangkapnya dalam keadaan hidup-hidup adalah hal mustahil yang hanya akan mengorbankan nyawa sendiri.

Para pembantunya membujuk hartawan : “Tuanku, harimau yang begitu besar dan ganas kami tidak mungkin bisa menangkapnya hidup-hidup, lebih bagus kita memakai panah memanahnya sampai mati, bagaimana pendapat tuanku?”

Setelah mendengar perkataan para pembantunya, dengan tidak sabar hartawan berkata :”Yang saya mau adalah kulit harimau yang tanpa cacat, bukan kulit harimau yang penuh dengan bekas panah, kalian mengerti tidak ?”

Setelah berkata demikian dia meletakan alat panahnya dan sendirian pergi ketempat harimau, begitu sampai dihadapan harimau langsung diterkam harimau, para pembantunya melihat majikan mereka diterkam harimau, bermaksud menolong majikannya dengan cara memanah harimau, tetapi, majikan mereka yang berada dimulut harimau dengan panik berteriak :”Kalian tidak boleh memanahnya! kulit harimau yang tanpa cacat sangat mahal, jika kalian harus memanah, panah mulutnya, jika tidak, saya tidak akan mengampuni kalian. Kalian dengar baik-baik, jika siapa yang tidak patuh dengan perintah saya, membiarkan saya kelihangan kesempatan menjadi kaya, saya pasti tidak akan mengampuni kalian.”

Para pembantu mendengar perkataan majikannya hanya bisa memegang panah mereka tanpa berani memanah, pertama-tama mereka takut jika memanah mati harimau, majikan mereka tentu akan menghukum mereka, dan yang kedua adalah jika memanah mulut harimau kemungkinan akan memanah mati majikan mereka dengan begitu mereka akan dipenjara karena memanah mati orang.

Akhirnya, para pembantunya hanya bisa memegang panah mereka dan melihat dengan terperongoh majikan mereka dimakan oleh harimau, setelah itu mereka baru berani memanah mati harimaunya.
Moral manusia makin merosot sekarang ini banyak manusia yang serakah demi mengejar harta, nama, jabatan, menggunakan berbagai jalan yang kotor dan tidak peduli bahwa itu merupakan jebakan yang membawa dirinya selangkah demi selangkah menuju kearah penderitaan ataupun jalan neraka, tetapi sampai matipun mereka tidak menyadari, bukankah itu merupakan hal yang menyedihkan?

No comments: