Senapan mesin ringan (submachine gun)
Thompson, juga dikenal sebagai Tommy Gun, dirancang oleh Jenderal Amerika, John
T. Thompson, pada tahun 1919. Senapan ini menjadi terkenal pada tahun 1920an,
saat digunakan oleh banyak gangster ternama seperti Al Capone, Machinegun
Kelly, dan John Dillinger.
Sejarah
Ketika sedang mengembangkan senapan
mesin ringan, Jenderal Thompson ingin membuat sebuah senapan semi-otomatis yang
dapat dengan aman dan mudah digunakan dalam situasi pertempuran.Thompson dan
timnya segera menyadari beberapa kekurangan pada prototipe awal dan segera
melakukan perbaikan.
General
Thompson kemudian mengusulkan gagasan “senapan mesin genggam” bukan lagi
senapan semi-otomatis. Senjata baru ini akan memiliki kemiripan dengan Bergmann
MP18 dari Jerman yang merupakan senapan mesin ringan pertama. Pada awalnya,
senapan rancangan Thompson disebut Annihilator tetapi berganti nama menjadi
Thompson Machine Gun sebelum akhirnya dipasarkan.
Salah satu pengguna awal senapan ini
adalah US Postal Inspection Service. Mereka menggunakan senjata untuk mencegah
perampokan surat. Korps Marinir Amerika Serikat segera mengikuti menggunakan
Thompson, disusul oleh sejumlah lembaga penegak hukum.
Senjata itu juga tersedia untuk warga
sipil tetapi tidak terlalu populer akibat harganya yang mahal ($ 200 atau $
2.500 nilai saat ini). Harga yang mahal dikarenakan senapan ini dbuat dari
bahan berkualitas tinggi dan biaya produksi yang tinggi.
Namun demikian, Tommy gun tetap
diserap oleh sebagian kecil warga sipil, terutama para anggota mafia terkenal
pada tahun 1920an. Para anggota gangster sering membongkar senjata ini dan menyembunyikannya
dalam tas biola. Thompson
submachine gun digunakan secara luas selama Perang Dunia II dan terus digunakan
sepanjang abad ke-20. Selama bertahun-tahun, sejumlah varian telah diproduksi
termasuk beberapa model semi-otomatis.
Amunisi
Thompson submachine gun menggunakan amunisi .45 ACP, yang merupakan amunisi pistol. Magazine bisa diisi 185 hingga 230 peluru dengan kecepatan rata-rata 330 meter per detik.
No comments:
Post a Comment