F-20 Tigershark
Pesawat tempur
F-20 Tigershark (Hiu Macan), adalah pesawat tempur hasil pengembangan dari F-5
Tiger II buatan Northrop Corp (kini Northrop Grumman), Amerika Serikat. Meski
mengusung teknologi yang cukup maju untuk kebutuhan pesawat tempur abad ke-21
dan telah dipertontonkan kehebatannya dalam berbagai pameran di dunia termasuk
pameran kedirgantaraan Farnborough di Inggris, pesawat ini dihentikan produksinya
karena tidak ada satupun pesawatnya yang laku terjual, meski sebenarnya adalah
ditujukan untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger II yang dioperasikan oleh
negara-negara dunia ketiga yang umumnya memiliki anggaran militer terbatas.
Sebabnya adalah
kebijakan pemerintah Amerika Serikat sendiri yang memang tidak berminat
mengoperasikan pesawat ini dalam jajaran armadanya, selain itu pemerintah
Ronald Reagan sendiri tidak mengizinkan penjualan pesawat tersebut ke negara
yang saat itu ditujukan sebagai pembeli potensial yakni India dan Taiwan,
alasannya adalah pesawat itu terlalu bagus.
Dengan
kemampuannya yang cukup modern, bila pembelinya Taiwan, akan membuat buruknya
hubungan Amerika Serikat-RRC, sementara bila pembelinya adalah India, maka
dikhawatirkan akan jatuhnya teknologi maju yang diterapkan pada pesawat
tersebut ketangan Uni Soviet melalui jaringan spionasenya di India. Sementara
Arab Saudi yang berminat membeli sejumlah 200 pesawat untuk meremajakan
armadanya yang terdiri atas 200 pesawat F-5 Tiger II, mau membelinya jika
pesawat itu juga masuk dalam jajaran operasional militer Amerika Serikat.
Pesawat tempur ini
sebenarnya, seperti halnya ketika dipromosikan, adalah pesawat yang relatif
murah dalam harga dan pengoperasiannya dibandingkan pesawat-pesawat tempur
mutakhir lainnya seperti F-4 dan F-16 yang juga ditujukan pada negara-negara
sahabat Amerika Serikat. Dengan biaya untuk pengadaan enam pesawat F-4 Phantom,
dapat digunakan untuk mengadakan 14 pesawat (satu skadron) F-20 Tigershark.
Disebutkan juga biaya terbangnya hanya kurang dari 1000 dolar AS perjam.
Bandingkan dengan F-16 yang dua kali lipatnya, bahkan Tornado yang memakan
lebih dari tiga kali lipatnya.
F-20 Tigershark
Tipe Fighter
aircraft
Produsen Northrop
Corporation
Terbang perdana 30
August 1982
Status Did not
enter production
Jumlah produksi 3
Biaya program
US$1.2 billion
Acuan dasar
Northrop F-5
Pencerminan
teknologi baru
Selain cukup murah
dan mudah dalam perawatannya, F-20 juga memiliki waktu reaksi cukup cepat.
Dalam tempo 2 menit 30 detik F-20 sudah berada 20 km dari pangkalannya dalam
ketinggian 32000 feet dan mengunci pesawat musuh dalam radius 90 km dari
pangkalannya.
Sosoknya yang
tidak jauh beda dengan F-5 Tiger II, memiliki kemampuan melesat dengan dua kali
kecepatan suara (Mach-2), dilengkapi sistem avionik dan teknologi propulsi,
sistem kendali yang cukup modern serta kemudi yang semua ditangani secara
elektrik (fly-by-wire) yang diadopsi juga oleh F-16.
Data Teknis
Tipe
Pesawat tempur
dengan kursi tunggal dengan jenis penyerang taktis (tactical strike fighter),
juga memiliki kemampuan untuk patroli udara (Combat Air Patrol) dengan radius
300 mil dari pangkalannya serta dapat dilengkapi tiga tangki bahan bakar 330 galon
yang dapat dibuang. Dengan adanya tangki tambahan tersebut, durasi terbang F-20
bertambah lebih dari 2 jam. Serta dapat digunakan untuk pendukung tembakan di
udara (Close Air Support)
Mesin
Menggunakan satu
mesin General Electric F-404 dengan diameter 88 cm dan berat 907 kg, yang juga
diguanakan pada F/A 18 Hornet. Mesin ini berdaya dorong 60 persen lebih besar
dari kedua mesin J-85-GE-21 yang digunakan F-5 Tiger II dengan daya dorong
10.000 lbs.
Mesin ini dikenal
irit bahan bakar dengan konsumsi 60% dari pemakaian bahan bakar yang digunakan
oleh pesawat tempur berkecepatan Mach-2. Dengan bahan bakar yang sama, pesawat
F-20 dapat melakukan dua sortie penerbangan dibandingkan dengan pesawat tempur
yang dipakai dalam armada udara AS.
Bila dibandingkan
dengan mesin GE-79 yang dioperasikan F-14 Tomcat, maka mesin ini memiliki
19.000 bagian lebih sedikit , kompresor dan turbin yang kecil dibandingkan
mesin pertama. Mesin ini tidak mengalami tanda-tanda stall bila dioperasikan
dan telah diujicoba oleh Angkatan Laut AS, termasuk ujicoba dalam menghadapi
tekanan atau gaya gravitasi. Bisa dikatakan mesin F-20 sangat ringan, kuat dan
berdaya dorong tinggi dan mudah dirawat.
Radar dan
Peralatan Avionik
Tidak disebutkan
radar jenis apa yang diaplikasikan dalam F-20 Tigershark. Disebutkan bahwa
radar yang diaplikasikan memiliki kemampuan untuk mengenali segala sasaran,
kemampuan melihat ke atas (look-up) dan kebawah (look-down) , mengontrol
manuver dan menetukan jarak pertempuran dan berkemampuan segala cuaca serta
pembacaan peta yang cukup baik.
Peralatan lain
yang digunakan pada dasarnya hampir sama dengan yang diaplikasikan oleh F-5
Tiger II, juga dilengkapi dengan INS (Inertial Navigation System) ditambah
dengan Head Up Display (HUD).
Persenjataan
F-20 dilengkapi
dengan dua kanon M-39 kaliber 20 mm dengan kecepatan tembak 1400 peluru/menit
dengan cadangan 450 ikat amunisi. Selain itu dapat juga dipersenjatai dengan
kanon Gatling GAU-8 Avenger seperti yang diaplikasikan pada A-10 Thunderbolt II
yang teruji dalam perang dapat menghancurkan tank.
F-20 dilengkapi
dengan rudal standar untuk pertempuran udara ke udara (Air to Air doghfight)
AIM-9 Sidewinder serta rudal jarak jauh BVR (beyond visual range) AM-120
AMRAAM, rudal udara ke darat (Air Ground Missiles) AGM-65 maverick sebanyak
empat rudal, serta berbagai macam bom standar seperti Bom Mk-82, smart bomb
(bom pintar) serta GEPOD 30 mm (pod tambahan canon 30 mm diluar pesawat).
Sementara untuk
konfigurasi bantuan udara (Close Air Support) F-20 dapat membawa tujuh bom
Mk-82, dua sidewinder dan dua tangki bahan bakar plus persenjataan lainnya.
Nasib Malang
Dengan kemampuan,
ketangguhan dan mudahnya dalam operasional dan perawatan, F-20 Tigershark
sebenarnya cukup mampu dioperasikan oleh negara negara maju lebih-lebih
negara-negara dunia ketiga yang memiliki anggaran militer khususnya angkatan
udara terbatas. Namun tidak adanya dukungan dari Pemerintah Amerika Serikat,
dengan sendirinya negara-negara dunia ketiga enggan untuk mengoperasikannya.
Hal yang sering dialami oleh produsen persenjataan negara-negara Barat yang
sering bertolak belakang dengan kebijakan politik pemerintahannya serta
persaingan tidak sehat antar produsen senjata, sehingga hal yang ironis seperti
persenjataan yang murah, mudah dan modern sering bernasib hanya sampai di
tingkat ujicoba dan prototype saja.
Karakteristik umum
Kru : 1 pilot
Panjang : 47 ft 4 in (14.4 m)
Lebar sayap : 27 ft 11.9 in / 8.53 m; with wingtip
missiles (26 ft 8 in/ 8.13 m; without wingtip
missiles)
Tinggi : 13 ft 10 in (4.20 m)
Area sayap : 200 ft² (18.6 m²)
Berat kosong : 13,150 lb (5,090 kg)
Berat terisi : 15,480 lb (6,830 kg)
Berat maksimum
lepas landas: 27,500 lb (11,920 kg)
Mesin : 1× General Electric F404-GE-100
turbofan, 17,000 lbf (76 kN)
Performa
Kecepatan
maksimum: Mach 2+
Radius tempur : 300 nmi (633 mi, 1,020 km) ; for hi-lo-hi
mission with 2 × 330 US gal (1,250 L) drop
tanks
Jarak jangkau
ferri: 1,490 nmi (2,165 mi, 3,980 km) ; with 3 × 330 US gal (1,250 L) drop
tanks
Batas tertinggi
servis: 55,000 ft (16,800 m)
Laju panjat : 52,800 ft/min (255 m/s)
Beban sayap : 81.0 lb/ft² (395 kg/m²)
Dorongan/berat:
1.1
Persenjataan
Senjata api : 2× 20 mm (0.79 in) Pontiac M39A2
cannons in the nose, 280 rounds each
Titik keras :
Five external hardpoints with a capacity of 8,000 lb (3,600 kg) of bombs,
missiles,
rockets and drop tanks for extended range,
Roket : 2× CRV7 rocket pods Or
2 × LAU-10 rocket pods with 4 ×
Zuni 5 in (127 mm) rockets each Or
2 × Matra rocket pods with 18×
SNEB 68 mm rockets each
Rudal : 2× AIM-9 Sidewinders on wingtip
launch rails (similar to F-16 and F/A-18)
AGM-65 Maverick air-to-surface
missiles on hardpoints
Bom : Various air-to-ground
ordnance such as Mark 80 series of unguided iron bombs
(including 3 kg and 14 kg
practice bombs), CBU-24/49/52/58 cluster bomb munitions, M129 Leaflet bomb
Avionik
• General Electric
AN/APG-67
No comments:
Post a Comment