KRI (RI) Siliwangi
Indonesia pernah memiliki kapal perang jenis perusak (destroyer)
Skoryy Class yang pernah dimiliki TNI AL (ALRI) ini pernah menorehkan kisah
sejarah perkembangan alutsista di Tanah Air, di jaman Indonesia dipandang
sebagai kekuatan militer terbesar di Asia Selatan.
Dirunut dari keberadaanya, Indonesia patut berbangga pernah
mengoperasikan Skoryy Class, pasalnya kapal perang ini merupakan destroyer
pertama yang dibuat Uni Soviet pasca berakhirnya Perang Dunia II. Dan hebatnya,
yang dipercaya memiliki Skoryy Class hanya tiga negara di luar Uni Soviet,
yakni Indonesia, Mesir dan Polandia. Indonesia mendapatkan ‘jatah’ Skoryy Class
terbanyak, ada yang menyebut tujuh atau delapan unit destroyer ini pernah
digunakan ALRI. Sementara Mesir mendapatkan enam unit dan Polandia memperoleh
dua unit untuk Armada Laut Baltik.
Di tangan Indonesia, Skoryy Class dikenal juga sebagai Siliwangi
Class, karena kapal pertama yang beroperasi adalah KRI (d/h RI) Siliwangi 201.
Merujuk ke asal usulnya, Skoryy Class berasal dari Project 30bis. Dirancang
dari basis destroyer Ognevoy class, Skoryy Class hadir dengan kemampuan yang
ditingkatkan, selain sensor dan persenjataan, Skoryy Class digadang mampu
berlayar lebih lama di lautan lepas. Total 70 unit Skoryy Class yang berhasil
diproduksi pada periode 1949 – 1953. Dibangun dengan sistem modular, menjadikan
proses pembangunan Skoryy Class relatif cepat pada saat itu.
Pada awal 1950, AL Uni Soviet melakukan sejumlah modernisasi pada
Skoryy Class, diantaranya dengan pemasangan kanon penangkis serangan udara
baru, mortir anti kapal selam, radar dan sensor baru, dan pelepasan satu
rangkaian peluncur torpedo untuk mempeluas ruang akomodasi tambahan dan
instalasi persenjataan baru.
Lini persenjataan Skoryy Class terdiri dari dua unit meriam utama
kaliber 130 mm yang ditempatkan pada haluan dan buritan. Untuk penangkis
serangan udara, terdapat dua pucuk kanon kaliber 85 mm dan tujuh pucuk kanon
kaliber 37 mm. Untuk menghadapi kapal selam, Skoryy Class mengandalkan dua
peluncur torpedo 533 mm, dimana pada masing-masing peluncur terdiri dari lima
tabung torpedo. Tak hanya itu, rangkaian bom laut (depth charge) sebanyak 52
unit siap dilepaskan. Bahkan kapal perusak ini juga dapat membawa 60 unit
ranjau laut yang siap ditebarkan.
Pada fase modernisasi yang dijalankan pada awal 1950-an, satu peluncur
torpedo dilepaskan, kemudian dipasang sepucuk kanon 57 mm dan instalasi roket
anti kapal selam RBU-2500. Dalam konteks saat ini, TNI AL kembali
mengoperasikan roket anti kapal selam buatan Uni Soviet, yakni RBU-6000 yang
terpasang sebagai senjata di anjungan pada korvet Parchim Class.
Kapal perang ini dilengkapi dua mesin turbin, Skoryy Class sanggup
melesat dengan kecepatan yang fantastis untuk ukuran destroyer, yakni 36,5
knots. Meski penggunaan mesin turbin terbilang boros biaya, namun dipercaya
kecepatan yang tinggi digunakan untuk peran mengejar dan menghancurkan
keberadaan kapal selam lawan.
Dikutip dari Wikipedia.org, meski Skoryy Class adalah buatan Uni
Soviet, namun yang diterima Indonesia melewati jasa dagang Polandia. Kedatangan
Skoryy Class di Indonesia dimulai pada periode 1959 – 1964. Belum diketahui
secara persis, sampai tahun berapa TNI AL mengoperasikan Skoryy Class, pasca
penugasan dalam Operasi Trikora, debut destroyer ini tak banyak terdengar. AL
Uni Soviet sendiri resmi mengakhiri bakti destroyer ini pada 1984.
Beberapa yang bisa ditelusuri, seperti KRI Siliwangi sebelumnya adalah
Volevoy yang tergabung dalam Armada Pasifik Uni Soviet, KRI Sultan Iskandar
Muda sebelumnya Bezzavetnyi dari Armanda Laut Hitam, KRI Brawidjaja sebelumnya
adalah Bezzhalostnyi juga dari Armada Laut Hitam, KRI Sawunggaling sebelumnya
adalah Vnezapnyi dari Armada Pasifik, KRI Sisingamangaraja sebelumnya adalah
Vyrazitelnyi juga dari Armada Pasifik.
Dalam sejarah kapal perang TNI AL, Skoryy Class adalah kapal perusak
kedua yang pernah dioperasikan, setelah sebelumnya TNI AL pernah menggunakan
destroyer eks AL Belanda, KRI Gadjah Mada.
Spesifikasi KRI Siliwangi Skoryy Class :
Kapasitas : 2.353 ton (standard)/ 3.115 ton (full load)
Panjang : 120,5 meter
Lebar : 12 meter
Tinggi serat air : 3,9 meter
Penggerak : 2 shaft geared turbines, 3 boilers 60,000 shp (44,742 kW)
Keceatan : 36,5 knots (67,6 km/h)
Jangkauan : 7.556 km at 16 knots
Awak kapal : 286 Orang
Sensor dan radar : Gyus-1, Ryf-1, Redan-2, Vympel-2
Sonar : Tamir-5h